Asuhan Gizi pada Penyakit Diabetes Mellitus Nefropati
Picture by ru.depositphotos.com |
Kali ini saya akan memberikan contoh asuhan gizi pada penyakit diabetes mellitus nefropati. Kasus ini saya peroleh saat PKL di RSUD Banyumas, dan dikerjakan dengan bimbingan ahli gizi di rumah sakit tersebut. Semoga bermanfaat
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny M
|
Tanggal Kasus : 6 Mei
2017
|
Umur : 57
tahun
|
Rawat Jalan
|
Sex : P
|
Diagnosis medis :
Diabetes Mellitus Nefropati
|
2. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
|
Lemas, tekanan darah tinggi
|
Riwayat Penyakit Sekarang
|
Diabetes Mellitus Nafropati
|
Riwayat Penyakit Dahulu
|
Diabetes Mellitus
|
Riwayat Penyakit Keluarga
|
-
|
3. Berkaitan dengan
Riwayat Gizi
Data sosio ekonomi
|
Suku : Jawa
|
Aktifitas fisik
|
-
|
Alergi makan
|
Makanan :-
|
Masalah gastrointestinal
|
Nyeri ulu hati :-
Mual :+
|
Penyakit kronik
|
Jenis penyakit :Diabetes Mellitus
Modifikasi diet : -
|
Kesehatan mulut
|
Gigi lengkap +
|
Pengobatan
|
Suplemen : -
|
Perubahan berat badan
|
Bertambah/berkurang : berkurang
|
Mempersiapkan makanan
|
masak sendiri , Fasilitas apa : kompor gas, lemari
|
Pola makan
|
Pasien biasa
makan 2x/hari
Makanan pokok : Nasi 2x sehari @25 gram,
Lauk hewani : telur 2x sehari @1/2 buah (30 gr)
Lauk nabati : tempe 2x sehari @1 potong (25
gr)
(kalau sudah makan telur tidak makan tempe dan sebaliknya)
Sayur : bayam 1-2x sebulan @1/4 gelas belimbing (25
gr), daun singkong 2x sehari @1/4 gelas belimbing (25 gr), timun 3-4x
seminggu @3 potong (21 gr)
Buah : jeruk 4-5x seminggu @1 buah (80 gr), pir 4-5x
seminggu @1 buah (160 gr)
Selingan : criping singkong 1x seminggu @3 lembar (15 gr), singkong
rebus 2x seminggu @1/2 potong (50 gr), kentang 1x seminggu @1/2 potong (60
gr)
Minuman : tidak suka minuman manis, konsumsi air putih
setiap hari @2-5 gelas
Secara kuantitatif, rata-rata asupan sehari pasien dibandingkan
kebutuhan adalah sebagai berikut :
Energi : 348,7 (28,5%)
Protein : 17 gr (43,8%)
Lemak : 9 gr (26,5%)
Karbohidrat : 52,2 gr (25,7%)
|
Kesimpulan :
Pasien berusia 57 tahun dengan diagnosis medis
Diabetes Mellitus Nefropati. Pasien
dibawa ke rumah sakit dengan keluhan lemas, tekanan darah tinggi dan riwayat diabetes mellitus. Masalah
gastrointestinal yang dimiliki pasien adalah mual. Pasien memiliki gigi lengkap
dan tidak memiliki masalah kesehatan mulut. Selama ini pasien tidak
mengkonsumsi suplemen dan tidak menjalani diet khusus, namun pasien mengaku
takut makan karena khawatir jika gula darahnya akan naik. Pola makan pasien
sehari-hari berdasarkan Semi Quantitatif
Food Frequency tidak memenuhi kebutuhan, karena <80% kebutuhan energi,
protein, lemak dan karbohidrat. Hal ini dikarenakan pasien takut makan karena
khawatir gula darahnya akan naik, setelah didagnosis menderita diabetes
mellitus. Adanya keluhan lemas akibat pasien yang takut makan sehingga makan
sedikit dan tidak teratur. Selama 8 tahun didiagnosis diabetes mellitus, pasien
memang tidak makan teratur, selain itu, tekanan darah yang tinggi bisa
disebabkan komplikasi dari diabetes mellitus yang selama ini diderita.
B. ANTROPOMETRI
Panjang
ulna
|
TB
Estimasi
|
BBI
|
LILA
|
23 cm
|
148,7 cm
|
48,7 kg
|
21 cm
|
TB estimasi berdasarkan panjang ulna
TBest = 66,37 + 3,5796 x PU
= 66,37
+ 3,5796 x 23
= 148,7 cm
BBI = TB – 100
= 48,7 kg
Kesimpulan
:
Status gizi berdasarkan persentil LILA
Status Gizi = LILA Aktual/LILA Persentil x 100%
=
21/30,3 x 100%
=
69,3%
Berdasarkan
data persentil LILA, pasien termasuk status gizi buruk. Dalam kasus ini, pasien
hanya dapat diukur panjang ulna dan LILA, dikarenakan kondisi yang sangat
lemas. LILA atau lingkar lengan atas dapat digunakan untuk mengetahui adanya
kekurangan energi dan protein.
C.
BIOKIMIA
Pemeriksaan Darah
|
Nilai Normal
|
Awal Masuk RS
|
Keterangan
|
GDS
|
<200 mg/Dl
|
148 mg/dL
|
Normal
|
Ureum
|
15-50 mg/Dl
|
20 mg/dL
|
Normal
|
Kreatinin
|
0,5-1,5 mg/Dl
|
2,77 mg/dL
|
Tinggi
|
|
Tes Klirens Kreatinin =
|
=
=
17,22
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah, kadar GDS dan ureum normal, namun kreatinin tinggi. Pada
penderita diabetes mellitus, umumnya GDS diatas normal, namun kadar gula darah
sewaktu pasien yang normal diakibatkan pola makan yang sedikit dan tidak
teratur. Untuk kadar kreatinin yang tinggi mengindikasikan kegagalan ginjal akut ataupun kronis (Wahyuningsih,
2013). Selain itu, berdasarkan kadar kreatinin dapat dihitung tes klirens
kreatininnya (TKK) yaitu sebesar 17,22, yang menandakan terjadinya gagal ginjal
kronik.
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIS
1.
Kesan umum : Lemah, Compos Mentis
2.
Vital sign :
Nilai Normal
|
Hasil pemeriksaan
|
Keterangan
|
|
Tekanan darah
|
120/80 mmHg
|
150/90 mmHg
|
Tinggi
|
3. Kepala/ Abdomen/ Ekstremitas dll : -
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, diketahui bahwa pasien dalam keadaan lemah. Pasien mengalami tekanan
darah tinggi, yaitu 150/90 mmHg
E.
Dietary
Hasil
recall 24 jam diet : Makanan Rumah
Tanggal : 3 Mei 2017
Implementasi
|
Energi (kkal)
|
Protein (g)
|
Lemak (g)
|
Karbohidrat (g)
|
Asupan oral
|
307,3
|
11,3
|
5
|
56,3
|
Kebutuhan
|
1217,5
|
38,9
|
33,8
|
202,78
|
% Asupan
|
25,2%
|
29%
|
14,7%
|
27,7%
|
Kesimpulan
:
Berdasarkan hasil recall 24 jam,
diketahui asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien sangat tidak
adekuat, yaitu <80% dibandingkan kebutuhannya. Hal ini dikarenakan kondisi
pasien yang takut makan akibat terlalu khawatir jika gula darahnya akan naik.
F.
Terapi Medis
Jenis Obat
|
Fungsi
|
Interaksi dengan Zat Gizi
|
Solusi
|
Cefixime
|
Mengobati infeksi yang disebabkan oleh
bakteri di banyak bagian tubuh.
|
Menyebabkan mual ringan, konstipasi,
dan kehilangan nafsu makan
|
Memberi makan dalam porsi kecil dan sering,
meningkatkan asupan serat
|
Furosemide
|
Mengurangi cairan berlebih
dalam tubuh (edema)
|
Menyebabkan hipokalemia, mual, muntah, diare dan konstipasi
|
Meningkatkan asupan kalium atau mengkonsumsi
suplemen kalium, meningkatkan asupan serat dan awasi kondisi diare
|
Asam folat
|
Meningkatkan status asam folat dalam tubuh
|
Menyebabkan mual dan nafsu makan menurun
|
Makan porsi kecil dan sering, mengkonsumsi
antimual
|
CaCO3
|
Mengobati gejala yang disebabkan oleh
terlalu banyak asam lambung seperti mulas, sakit perut, atau gangguan
pencernaan
|
Menyebabkan mual, muntah, konstipasi dan nafsu makan menurun
|
Memberi makan dalam porsi kecil dan sering,
meningkatkan asupan serat
|
DIAGNOSIS GIZI
(NI-2.1) Asupan oral inadekuat
berkaitan dengan gangguan saluran cerna akibat diabetes mellitus nefropati
dibuktikan mual dan oleh hasil recall <80%, yaitu energi 25,2%, protein 29%,
lemak 14,7% dan karbohidrat 27,7%.
(NI-5.4) Penurunan kebutuhan
protein dan natrium berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dibuktikan oleh
hasil laboratorium kadar kreatinin tinggi (2,77 mg/dL) dan tekanan darah 150/90
mmHg.
INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet :
a.
Memenuhi
kebutuhan gizi
b.
Memberikan
makanan tanpa memberatkan kerja ginjal dan membantu menurunkan tekanan darah
2. Prinsip/Syarat Diet
a.
Energi
30 kkal/kg BB
b.
Protein
0,8 g/kg BB
c.
Lemak
25% dari kebutuhan
d.
Karbohidrat
cukup
e.
Cairan
cukup
f.
Garam
rendah dengan natrium 1,5-3 gr/hari
g.
Bentuk
makanan lunak
3.
Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
a. Energi
TBest = 148,7 cm
BBI = 48,7 kg
Energi = 30 kkal/kg BB
= 30 x 48,7 kg
= 1461 kkal
b. Protein = 0,8 gr /kg BBest
= 0,8 gr x 48,7
=
38,9 gr
= 155,6 kkal
c.
Lemak = 25% x 1461 kkal
= 365,25 kkal
= 40,58 gr
d.
Karbo = 1461 – 155,6 – 365,25
= 940,15 kkal
= 235 gr
4. Terapi Diet, Bentuk Makanan dan Cara Pemberian
Terapi Diet : Diet Diabetes Mellitus 1500 Rendah Protein 40 Rendah
Garam III
Bentuk makanan :
Lunak
Cara
Pemberian : Oral
5. Rekomendasi Diet
Rencana Diet :
Rekomendasi Diet
|
|
Makan Pagi
|
Nasi
100 gram
Lauk
hewani 1 porsi
Sayuran
50 gram
Minyak
2 penukar
Susu 1
porsi
|
Selingan
|
Buah 1
porsi
Gula 1
penukar
|
Makan Siang
|
Nasi
100 gram
Lauk
hewani 1 porsi
Sayur
50 gram
Buah 1
porsi
Minyak
2 penukar
|
Selingan
|
Buah 2
porsi
Gula 2
penukar
|
Malam
|
Nasi
100 gram
Lauk
hewani 1 porsi
Sayur
50 gram
Buah 2
porsi
Minyak
2 penukar
|
Nilai Gizi Dibanding Kebutuhan
|
Energi : 1525 kcal (104,3%)
Protein : 42 g (107,9%)
Lemak : 38
g (94,5%)
Karbohidrat : 205 (87,2%)
|
Tujuan diet pada kasus ini yaitu untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien tanpa
memberatkan kerja ginjal dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan energi,
protein, lemak dan karbohidrat pasien. Kebutuhan energi pasien dapat dihitung menggunakan
25-30 kkal/kgBB yang sudah disesuaikan dengan penyakit yang diderita yaitu
penyakit diabetes mellitus dengan nefropati. Kebutuhan protein sebesar 0,8 g/kgBB
supaya tidak memberatkan kerja ginjal, sehingga diperoleh kebutuhan protein
sebesar 38,9 gram. Kebutuhan lemak sedang sebanyak 25% kebutuhan energi, yaitu 40,58 gram. Kebutuhan
karbohidrat cukup, yaitu sebesar 235 gram. Bentuk makanan lunak, disesuaikan
dengan daya terima pasien. Makanan diberikan dalam porsi
kecil dengan tiga kali makan utama dan dua kali selingan untuk meningkatkan
daya terima pasien. Jenis diet yang direkomendasikan untuk diberikan pada pasien adalah Diabetes Mellitus 1500 rendah protein 40 gram rendah garam. Berdasarkan Almatsier
(2006), untuk diet DM 1500 RP, kebutuhan protein sebesar 42 gram, kebutuhan
lemak sebesar 43 gram dan kebutuhan karbohidrat sebesar 222 gram. Namun setelah
dihitung menggunakan bahan makanan penukar, jumlah energi yaitu sebesar 1525
kkal, protein 42 gram, lemak 38 gram dan karbohidrat 205 gram. Standar diet
yang direkomendasikan dapat memenuhi 104,3% kebutuhan energi, 107,9% kebutuhan
protein, 94,5% kebutuhan lemak dan 87,2% kebutuhan karbohidrat.
6. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Yang diukur
|
Pengukuran
|
Evaluasi/ target
|
|
Antropometri
|
LILA
|
Sebulan sekali
|
Tetap/naik
|
Biokimia
|
GDS, Ureum, Kreatinin
|
Sebulan sekali
|
Normal
|
Fisik klinik
|
Tekanan darah, kondisi lemas
|
Sebulan sekali
|
Tekanan darah normal,
Lemas berkurang
|
Asupan zat gizi
|
Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
Daya terima
|
Sebulan sekali
|
Minimal memenuhi kebutuhan basal
Daya terima baik
|
7. Rencana Konsultasi Gizi
Masalah gizi
|
Tujuan
|
Materi konseling
|
Keterangan
|
Asupan oral inadekuat
|
Memberi makanan sesuai kebutuhan
|
Pola makan tepat jenis, jam
dan
jumlah.
Bentuk makanan sesuai daya terima saluran
cerna
|
Pemberian konseling kepada pasien
dan keluarga pasien ketika pasien dirujuk ke instalasi gizi
|
Penurunan kebutuhan protein
|
Memberikan
makanan tanpa memberatkan kerja ginjal
|
Pemillihan bahan makanan yang rendah protein
dan pemilihan sumber protein dengan nilai biologis tinggi
|
|
Penurunan kebutuhan natrium
|
Menurunkan tekanan darah
|
Pemillihan bahan makanan, cara pengolahan
makanan rendah garam
|
DASAR TEORI
Diabetes Mellitus
dengan Nefropati
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan defisiensi secara absolut atau relatif dari sekresi insulin. Gejala yang terjadi pada penderita
Diabetes Melitus antar lain polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, dan
kesemutan (Buraerah, 2010). Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit
hiperglikemi akibat kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut. Kekurangan insulin dapat
terjadi melalui 3 jalan, yaitu rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar seperti virus, dan zat kimia, penurunan
reseptor glukosa pada kelenjar pankreas, serta kerusakan reseptor insulin di
jaringan perifer (Buraerah, 2010).
Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin dependent
diabetes mellitus (Slamet, 2008)
Faktor risiko diabetes mellitus terdiri dari faktor yang diubah, faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor lainnya. Menurut American
Diabetes Association (ADA), faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi riwayat keluarga
dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM
gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi
obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥90 cm pada laki-laki dan ≥80 cm pada wanita, hipertensi,
kurangnya aktivitas fisik, dislipidemi dan diet yang tidak sehat (Fatimah, 2015).
Diabetes Mellitus dengan Nefropati
atau Nefropati Diabetika adalah komplikasi Diabetes
mellitus pada ginjal yang dapat berakhir sebagai gagal ginjal. Ada 5 fase
Nefropati Diabetika. Fase I, adalah hiperfiltrasi dengan peningkatan GFR, AER
(albumin eksretion
rate) dan hipertropi ginjal. Fase II, ekresi albumin relatif normal yaitu 300mg/24jam, pada fase ini terjadi
penurunan GFR dan biasanya
disertai hipertensi. Fase V merupakan End Stage Renal
Disease (ESRD), dialisa biasanya dimulai ketika GFRnya sudah turun sampai
15ml/mnt (ADA, 1994). Hipertensi atau tekanan darah yang tinggi merupakan komplikasi dari
penyakit DM diyakini paling menjadi penyebab langsung terjadinya Nefropati Diabetika. Hipertensi yang tak terkontrol
dapat meningkatkan progresifitas untuk mencapai fase Nefropati Diabetika yang
lebih tinggi (Fase V Nefropati Diabetika). (Walaa, 2004)
Pengaturan makan
untuk penyakit Diabetes Mellitus dengan Nefropati bertujuan untuk
mempertahankan status gizi optimal dan memperlambat laju kerusakan ginjal.
Energy yang diberikan yaitu 25-30 kkal/kg BB, protein rendah yaitu 0,8 gr/kg BB
supaya tidak memberatkan kerja ginjal. Namun jumlah kebutuhan protein disesuaikan
dengan kondisi pasien, dan 65% protein dari sumber yang bernilai biologis
tinggi. Karbohidrat cukup dan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi.
Natrium 1000-3000 mg, tergantung tekanan darah, ekskresi natrium dan ada
tidaknya edema. Kalium dibatasi jika ada hiperkalemia, fosfor, kalsium dan
vitamin tinggi. Jenis diet yang diberikan yaitu diet diabetes mellitus rendah
protein berdasarkan nilai energi 1100-2500
kkal dengan nilai protein 30 gram, 40 gram, dan 50 gram. Diet diberikan
sesuai dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal pasien (Almatsier,
2006).
Terkait dengan
hipertensi sebagai manifestasi gangguan fungsi ginjal, perlu mengurangi asupan
natrium dari garam. Pengurangan asupan garam bermanfaat
untuk menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanan darah pada hipertensi (Gunawan, 2007). Diet rendah garam antara lain
diet rendah garam I, yaitu hanya boleh mengonsumsi kurang dari 0,5 gr natrium
atau kurang dari 1,25 gr garam dapur per hari dan diberikan kepada penderita
dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi berat, diet rendah garam II yaitu
boleh mengonsumsi 0,5-1,5 gr natrium per hari, senilai dengan 1,25-3,75 gr
garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi
tidak terlalu berat, dan diet rendah garam III yaitu boleh mengonsumsi 1,5-3 gr
natrium per hari, senilai dengan 3,75-7,5 gr garam dapur dan diberikan kepada
penderita dengan oedema dan/atau hipertensi ringan (Sheps, 2005 dan Gunawan,
2007).
Sumber :
Almatsier,
Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
American Diabetes Association. 1994. Standards of medical care for patients with diabetes mellitus.
Diabetes Care : pp. 616-623.
Buraerah, Hakim. Analisis Faktor Risiko Diabetes Melitus tipe 2 di
Puskesmas Tanrutedong, Sidenreg Rappan. 2010. Jurnal
Ilmiah Nasional
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Mellitus Tipe 2. J MAJORITY Volume 4 Nomor 5 Februari 2015. p 93-101
Gunawan, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Sheps, M. D & Sheldon G. 2005. Mayo
Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan darah Tinggi. Jakarta: PT Duta Prima
Slamet, S. 2008. Diet pada diabetes. Jakarta: Balai
Penerbit FK-ill
Walaa, Saweins. 2004. The Renal Unit at
the Royal Informary of Edinburgh. Scotland Uk
Komentar
Posting Komentar