Gimana sih jadi Nutrisionis di Rumah Sakit?
picture by persagibandung.org |
Hai gaes, kembali lagi nih. Jadi
hari ini mau sharing tentang bagaimana sih kerja jadi ahli gizi di rumah sakit?
Memang bakalan beda-beda ya tugasnya ahli gizi di setiap rumah sakit, Cuma
disini saya mau memberikan gambaran aja, berdasarkan apa yang saya kerjakan
selama hampir 1 tahun bekerja di rumah sakit daerah.
Sewaktu saya mendaftar CPNS,
formasi yang saya pilih (yang ada sih sebenarnya) itu nutrisionis ahli pertama.
Jadi berdasarkan peraturan terbaru kalau lulusan S1 bisa langsung dapat jabatan
ahli, kalau lulusan d3 sebagai pelaksana. Tapi nantinya, jika yang lulusan D3
melanjutkan kulliah lagi dan mendapat gelar S1, maka bisa penyesuaian di
instansi masing-masing, mengajukan jadi jabatan ahli. Nah kalau begitu apa
perbedaan jabatan ahli dan pelaksana (selain pendapatan tentu saja)? Kalau
sejauh yang saya tahu, idealnya, berbeda pada kasus pasien yang ditangani,
kekompleksan penyakit dan masalah gizinya.
Tapi pada kenyataannya, ditempat
saya bekerja, (dan rs lainnya juga), untuk pekerjaan yang dihadapi sama,
mungkin karena belum tersedianya tenaga yang memadai (ada RS atau puskesmas
yang ahli gizinya semua lulusan D3), sehingga belum ada regulasi yang mengatur
tentang perbedaan wewenang di instansi tersebut. Kalau dari peraturan menkes,
sudah ada peraturannya yang membagi wewenang, antara nutrisionis, dietitian,
dll. Jadi untuk di RS tempat saya bekerja, wewenang dan tugas antara pelaksana
dengan ahli masih sama.
Apa saja sih kegiatan saya selama
bekerja 6 hari dalam seminggu di RS sebagai nutrisionis? Jadi kami terdiri dari
2 shift, pagi dan siang. Pagi dari jam 7.30 sampai jam 14.00, sedangkan siang
dari jam 14.00 sampai 20.00. untuk shift pagi ada satu ahli gizi yang bertugas
untuk bertanggung jawab pada produksi makanan pasien didapur, satu bertugas
piket poli gizi dan bangsal dahlia (bangsal airborne disease), sedangkan yang
lainnya tugas konsultasi pasien di bangsal biasa.
Untuk shift pagi yang bertugas
dibangsal, masuk jam 7.30, lalu apel pagi (setiap senin sampai kamis). Kemudian
membantu menyiapkan buah dan snack untuk pasien, menulis buku laporan, buku
diet dan juga buku catatan snack pasien setiap hari. Selanjutnya bersiap ke
bangsal untuk skrining gizi, assessment dan konsultasi pasien dibangsal
masing-masing sesuai zona yang sudah ditentukan. Setiap ahli gizi ditarget
untuk mengkonsultasi minimal 60 pasien dalam 1 bulan. Jika target tidak
tercapai maka akan ada konsekuensinya berupa pemotongan tunjangan.
Kemudian untuk shift pagi yang
bertanggung jawab dalam produksi makanan, kami setiap bulan dijatah 2-3 kali
piket. Setiap piket, berangkat lebih pagi dari biasanya, yaitu sekitar jam
07.00 sudah di RS. Hal ini karena nutrisionis yang piket harus menghitung
kebutuhan dan menyiapkan beras dan lauk untuk pasien untuk makan siang dan
malam, yang selanjutnya akan dimasak oleh petugas masak. Selain itu, juga
bertugas menyiapkan ekstra susu jika ada pasien yang membutuhkan (dari hasil
assessment gizi pasien di bangsal). Kemudian juga bertugas melakukan
pemesanan bahan makanan basah untuk 2 hari yang akan datang. Untuk
pemesananan bahan makanan kering dilakukan oleh petugas administrasi instalasi
gizi.
Nah itu tadi gambaran kasar
mengenai pekerjaan nutrisionis yang saya jalani selama hampir 1 tahun bekerja
di rumah sakit. Karena ini merupakan pekerjaan kedua saya setelah lulus kuliah
(yang pertama dulu part time jadi admin di startup milik dokter yang baiq
banget), jadi memang ada banyak hal yang perlu adaptasi. Terutama tentang
hubungan dengan partner kerja, karena ahli gizi ini memang profesi yang cukup
unik. Seperti yang saya ceritakan diatas, ahli gizi tidak hanya bertugas
dibangsal, tapi juga bertanggungjawab dalam proses produksi makanan.
Jadi, nutrisionis akan
berhubungan dengan beerbagai profesi dengan banyak latar belakang, seperti para
pemasak, pramusaji, perawat, dokter, apoteker, admin, dan termasuk pasien juga
pastinya. Jadi harus pintar-pintar manajemen diri, bawa diri lah istilahnya.
Nah ini salah satu tantangan buat bocil seperti saya yang dulu hanya bergaul
dengan orang-orang dilingkungan akademisi, ke masyarakat juga pernah tapi tidak
terlalu lama, jadi memang harus belajar terus. Kan berbeda ya, bagaiman
berinteraksi dengan sesama tenaga kesehatan, dengan pasien, dan lain-lain.
Terus juga harus menguatkan
mental, jangan mudah tersinggung atau baperan, karena bergaul dengan banyak
orang pasti ada yng suka ataupun tidak suka. Selain itu, ada beberapa partner
kerja yang kadang galak, misal dokter, perawat, atau pemasak (ini berdasarkan
pengalaman saya selama PKL dan bekerja di RS, serta pengakuan beberapa teman
saya yang juga bekerja di RS, baik swasta maupun pemerintah). Tapi galaknya tidak
setiap saat, hanya saat tertentu, misal kalau dokter, karena saya sedang sering
bertugas di bangsal anak, jadi contohnya tentang dokter anak. Jadi ada dokter
anak yang memang suka banget kasih susu kepasien, jadi kalau status gizinya
kurang, nutrisionis harus kasih susu. Tapia da juga dokter yang gak suka kasih
susu, jadi tolak belakang gitu, sehingga, kadang galaknya karena hal persusuan
ini. Kalau pemasak, galaknya paling sering sih kalau pas lauk nya kurang
(karena jumlah pasien naik turun, jadi kadang kurang kadang lebih). Tapi ya gak
usah diambil hati, yang penting kita sudah berusaha yang terbaik, yakan. Oke
segitu dulu sharing hari ini, semoga bermanfaat untuk rekan saya sesama
nutrisionis ^_^
Komentar
Posting Komentar