Asuhan Gizi pada Pasien Right Heart Failure (RHF) Pasca Melahirkan
picture by studyblue.com |
1. ASSESMEN
GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny T
|
Ruang : Teratai A1
|
Umur : 35
tahun
|
Tanggal Kasus : 4 Mei
2017 sd 7 Mei 2017
|
Sex : P
|
Diagnosis medis :
RHF ec Suspect Restrictive
Disease
|
2. Berkaitan Dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
|
Sesak napas, wajah, tungkai kanan dan kiri bengkak, 2 bulan pospartus
dengan ASI tidak keluar
|
Riwayat Penyakit Sekarang
|
Gagal jantung kanan
|
Riwayat Penyakit Dahulu
|
-
|
Riwayat Penyakit Keluarga
|
Hipertensi
|
3. Berkaitan dengan
Riwayat Gizi
Data sosio ekonomi
|
Jumlah anggota
keluarga : 4 Suku : Jawa
|
Aktifitas fisik
|
Jam tidur : ±6 jam Jam kerja : -
|
Alergi makan
|
Makanan :-
Jenis diet khusus : -
|
Masalah gastrointestinal
|
Nyeri ulu hati :+ Mual
:- Muntah :-
|
Penyakit kronik
|
Jenis penyakit :-
Modifikasi diet :-
|
Kesehatan mulut
|
Sulit menelan :- Gigi lengkap +
|
Pengobatan
|
Suplemen : Sangobion dan kalsium selama kehamilan
|
Perubahan berat badan
|
Bertambah/berkurang : -
|
Mempersiapkan makanan
|
masak sendiri, Fasilitas kompor gas, lemari
|
Pola makan
|
Pasien biasa
makan 3x/hari (makan bersama anak)
Makanan pokok : Nasi 3x sehari @2 centong(200 gr), mie instan
1-2x seminggu @1 bungkus (100 gr)
Lauk hewani : ayam 1-2x seminggu @2 potong kecil (100 gr)
biasa digoreng
Lauk nabati : tahu 1-2x sehari @1 potong (50 gr), tempe
1-2x sehari @ 1 potong (25 gr) biasa digoreng
Sayur : kangkung 3-4x seminggu @2 sendok makan (20
gr), bayam 2-3x seminggu @1 mangkok (50 gr), daun singkong 3x seminggu @2
sendok makan (20 gr), biasa ditumis dan santan
Buah : pisang 2-3x seminggu @1 buah (60 gr), papaya
1x seminggu @1/2 buah (160 gr)
Minuman : teh 3x seminggu @1 gelas 1 sendok makan gula,
air putih setiap hari
Secara kuantitatif, rata-rata asupan sehari pasien dibandingkan
kebutuhan adalah sebagai berikut :
Energi : 970,85 kkal (59,2%)
Protein : 28,5 gr (41,4%)
Lemak : 27,7 gr (50,9%)
Karbohidrat :151,4 gr (69,4%)
|
Kesimpulan :
Pasien berusia 35 tahun dengan diagnosis medis RHF
Susp Restrictive Disease. Pasien dibawa
ke rumah sakit dengan keluhan sesak
napas, wajah, tungkai kanan dan kiri bengkak. Pasien dalam kondisi 2 bulan
pospartus dengan ASI tidak keluar. Pasien memiliki gigi lengkap dan tidak
memiliki masalah kesehatan mulut. Pasien baru saja melahirkan 2 bulan yang
lalu, sehingga selama kehamilan mengkonsumsi suplemen kalsium dan sangobion.
Pola makan pasien sehari-hari berdasarkan Semi
Quantitatif Food Frequency tidak memenuhi kebutuhan, karena <80%
kebutuhan energi, protein, lemak dan karbohidrat. Hal ini dipengaruhi kebiasaan
pasien yang makan bersama anak, jadi untuk satu kali makan hanya satu porsi dan
dibagi bersama anak, sehingga asupan makanan sedikit. Adanya keluhan sesak
napas, akibat terjadinya pembengkakan jantung atau kardiomegali disertai dengan
adanya edema paru interstitial. Kemudian untuk keluhan wajah, tungkai kanan dan
kiri bengkak, berdasarkan Acton (2013), pada kasus gagal jantung kanan dapat
terjadi penumpukan cairan di hati dan seluruh tubuh terutama pada ekstermitas
bawah. Beberapa masalah gastrointestinal juga menjadi manifestasi klinis gagal
jantung, seperti nyeri ulu hati.
B. ANTROPOMETRI
Panjang
ulna
|
TB
Estimasi
|
BBI
|
LILA
|
23 cm
|
148,7 cm
|
48,7 kg
|
20 cm
|
TB estimasi berdasarkan panjang ulna
TBest = 66,37 + 3,5796 x PU
= 66,37
+ 3,5796 x 23
= 148,7 cm
BBI = TB – 100
= 48,7 kg
Kesimpulan
:
Status gizi berdasarkan persentil LILA
Status Gizi = LILA Aktual/LILA Persentil x 100%
=
20/29 x 100%
=
68%
Berdasarkan
data persentil LILA, pasien termasuk status gizi buruk. Dalam kasus ini, pasien
hanya dapat diukur panjang ulna dan LILA, dikarenakan kondisi yang sangat
lemas.
C.
BIOKIMIA
Pemeriksaan Darah
|
Nilai Normal
|
Awal Masuk RS
|
Keterangan
|
Monosit
|
0,04-0,06
|
0,966
|
Tinggi
|
Eosinofil
|
0,01-0,03
|
0,001
|
Rendah
|
Basophil
|
0,004-0,01
|
0,071
|
Tinggi
|
MCV
|
80-90 fL
|
75,9 fL
|
Rendah
|
MCH
|
27-31 pg
|
23,5 pg
|
Rendah
|
MCHC
|
32-36 g/dL
|
30,9 g/dL
|
Rendah
|
RDW
|
11,6-14,4%
|
16,7%
|
Tinggi
|
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan
darah, kadar monosit, basofil, RBC, MCHC,dan RDW tinggi, sedangkan nilai
eosinofil, MCV dan MCH dibawah normal. Untuk hasil pemeriksaan darah yang
lainnya masih termasuk normal. Peningkatan kadar monosit dan basofil salah
satunya menandakan adanya inflamasi dan kerusakan jaringan, dalam kasus ini
mungkin akibat terjadinya infark miokard akut. Peningkatan kadar RDW salah
satunya menandakan anemia defisiensi zat besi (Wahyuningsih, 2013). Begitu pula
penurunan kadar MCV, MCH dan MCHC yang menandakan anemia. Namun dari hasil
pemeriksaan, kadar Hb pasien normal namun batas bawah, dimungkinkan terjadi
anemia jika tidak diberi penanganan khusus. Hal ini juga dipengaruhi kondisi
pasien yang sempat mengalami edema, sehingga volume plasma dalam darah masih
meningkat.
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIS
1.
Kesan umum : Lemah, sesak nafas,
compos mentis
2.
Vital sign :
Nilai Normal
|
Hasil pemeriksaan
|
Keterangan
|
|
Tekanan darah
|
120/80 mmHg
|
110/80 mmHg
|
Normal bawah
|
Respirasi
|
18-20x/menit
|
26 x /menit
|
Tinggi
|
Nadi
|
80-100 x menit
|
112 x/menit
|
Tinggi
|
Suhu
|
36,5 oC
|
37,5 oC
|
Tinggi
|
3. Kepala/ Abdomen/ Ekstremitas dll : Cardiomegali dengan edema paru interstitial,
skoliosis
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik, diketahui bahwa pasien dalam keadaan lemah dan sesak nafas. Pasien
mengalami demam dibuktikan dengan adanya peningkatan suhu diatas normal yaitu 37,5 oC. Pasien juga mengalami
sesak nafas yang ditandai dengan respirasi diatas normal yaitu 26x/menit dan
nadi 112x/menit. Berdasarkan pemeriksaan organ, pasien mengalami pembengkakan
di jantung dan edema paru interstitial, yang juga menyebabkan sesak nafas.
E.
Dietary
Hasil
recall 24 jam diet : Rumah Sakit
Tanggal : 3 Mei 2017
Diet
RS : Nasi Tim Diet Jantung
Implementasi
|
Energi (kkal)
|
Protein (g)
|
Lemak (g)
|
Karbohidrat (g)
|
Asupan oral
|
855,6
|
28,3
|
33,1
|
135,7
|
Standar RS
|
1562
|
55,8
|
46,9
|
222,1
|
% Asupan
|
54,77 %
|
50,53 %
|
70,57 %
|
61,1 %
|
Kesimpulan
:
Berdasarkan hasil recall 24 jam,
diketahui asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien inadekuat, yaitu
<80% dibandingkan standar rumah sakit. Hal ini dipengaruhi kondisi pasien
yang nyeri ulu hati dan kebiasaan makan pasien yang sedikit berdasarkan
penghitungan pola makan, sehingga asupan makan tidak mencukupi kebutuhan.
F.
Terapi Medis
Jenis Obat
|
Fungsi
|
Interaksi dengan Zat Gizi
|
Solusi
|
Ceftriaxone
|
Antibiotik
|
Menyebabkan diare
|
Awasi keadaan diare
|
Lasix
|
Menyebabkan mual dan ketidakseimbangan elektrolit
|
Mengkonsumsi makanan atau obat antimual,
awasi elektrolit darah
|
|
Ramipril
|
Menghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), sehingga dapat menurunkan tekanan darah
|
Menyebabkan mual, muntah dan diare
|
Mengkonsumsi makanan atau obat antimual,
awasi keadaan diare
|
Ranitidin
|
Menurunkan kadar asam lambung
yang berlebihan
|
Menyebabkan konstipasi, muntah, dan sulit menelan
|
Mengkonsumsi makanan lunak dan makanan berserat
|
- DIAGNOSIS GIZI
(NI-2.1) Asupan oral inadekuat
berkaitan dengan kebutuhan yang meningkat pada masa laktasi dibuktikan oleh
asupan makan sehari berdasarkan pola makan <80% kebutuhan yaitu energi 59,2%, protein 41,4%, lemak 50,9%,
karbohidrat 69,4%
(NI-5.1) Peningkatan kebutuhan
gizi berkaitan dengan peningkatan kebutuhan nutrisi pada masa laktasi 6 bulan
pertama dibuktikan oleh 2 bulan pospartus dengan status gizi buruk (persentil
LILA 68%) dan ASI tidak dapat keluar
(NI-5.4) Penurunan kebutuhan
natrium berkaitan dengan gangguan jantung dibuktikan oleh edema paru
intersitial, sesak nafas, respirasi cepat (26x/menit) dan nadi cepat
(112x/menit)
3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet :
a.
Memenuhi
kebutuhan gizi tanpa memberatkan kerja jantung
b.
Memenuhi
kebutuhan gizi selama masa laktasi 6 bulan pertama
c.
Mengurangi
retensi cairan di paru-paru
2. Prinsip/Syarat Diet
a.
Energi
sesuai kebutuhan ditambah dengan kebutuhan energi laktasi 6 bulan pertama
sebesar 330 gram
b.
Protein
1 g/kg BB ditambah dengan kebutuhan protein laktasi 6 bulan pertama sebesar 20
gram
c.
Lemak
30% dari kebutuhan
d.
Karbohidrat
cukup
e.
Garam
rendah dengan natrium 1,5-3
gr/hari
f.
Bentuk
makanan lunak
3.
Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
a. Energi
TBest = 148,7 cm
BBI = 48,7 kg
REE = (10 x BBI) + (6,25 x
TBest) – (5 x U) – 161
= (10 x 48,7) + (6,25 x
148,7) – (5 x 35) – 161
= 487+ 929,4 – 175 – 161
= 1080,4 kkal
TEE = REE x FA x FS
= 1080,4 kkal x 1,1 x 1,1
= 1307,3 kkal
Kebutuhan energi
ditambah dengan kebutuhan selama laktasi
TEE + 330 = 1307,3
+ 330 = 1637,3 kkal
b. Protein = 1 gr /kg BBI
= 1 gr x 48,7
=
48,7 gr
+20 gr kebutuhan laktasi =
68,7 gr
=
274,1 kkal
c.
Lemak = 30% x
1637,3 kkal
= 491,19 kkal
= 54,5 gr
d.
Karbohidrat = 1637,3 – 274,1 – 491,19
= 872,01 kkal
= 218 gr
4. Terapi Diet, Bentuk Makanan, Cara Pemberian dan
Pemesanan Diet
Terapi Diet : Diet Jantung TKTP Rendah Garam III, ekstra Entramix
Bentuk makanan : Lunak
Cara Pemberian : Oral
Pemesanan Diet : NT DJ RG III eks Entramix 1x 125 ml
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Yang diukur
|
Pengukuran
|
Evaluasi/ target
|
|
Antropometri
|
-
|
-
|
-
|
Biokimia
|
Natrium, Monosit, Basofil, MCHC, RDW, Hb
|
Menyesuaikan pemeriksaan
|
Normal
|
Fisik klinik
|
Vital sign (TD, RR,nadi, suhu),
lemas, sesak nafas, pengeluaran ASI
|
Menyesuaikan pemeriksaan
|
Vital Sign normal,
Lemas dan sesak nafas berkurang, ASI keluar
|
Asupan zat gizi
|
Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
Daya terima
|
Setiap hari
|
Asupan >80%
Daya terima baik
|
6. Rencana Konsultasi Gizi
Masalah gizi
|
Tujuan
|
Materi konseling
|
Keterangan
|
Asupan oral inadekuat
|
Memberi makanan sesuai kemampuan saluran
cerna
|
Bentuk makanan sesuai daya terima saluran
cerna
Tata cara mengelola waktu makan seperti
porsi kecil dan sering
|
Pemberian konseling kepada pasien
dan keluarga pasien ketika dirawat dan hendak pulang dari rumah sakit
|
Peningkatan kebutuhan zat gizi
|
Memenuhi kebutuhan gizi selama masa laktasi 6 bulan pertama
|
Makanan yang diberikan dihabiskan untuk
memenuhi kebutuhan gizi
|
|
Penurunan kebutuhan natrium
|
Mengurangi sesak nafas akibat edema paru dan
mencegah terjadinya edema kembali
|
Pemillihan bahan makanan, cara pengolahan
makanan rendah garam
|
Pembahasan :
Tujuan diet pada kasus ini yaitu
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien tanpa memberatkan kerja jantung dan mengurangi retensi cairan di paru-paru dengan
memperhatikan pemenuhan kebutuhan energi, protein, lemak dan karbohidrat
pasien. Kebutuhan energi pasien dapat dihitung berdasarkan rumus
Mifflin-St.Jeor untuk kebutuhan basal (BEE), kemudian dikoreksi dengan faktor
aktivitas dan faktor stress. Faktor aktivitas yang digunakan 1,1 yaitu dalam
kondisi tirah baring. Faktor stress untuk penyakit gagal jantung kongestif
adalah 1-1,2 (Wahyuningsih, 2013). Dalam hal ini digunakan faktor stress 1,1. Kebutuhan
energi masih ditambah dengan kebutuhan untuk ibu menyusui 6 bulan pertama
berdasarkan AKG yaitu 330 kkal. Kebutuhan protein sebesar 1 g/kgBB kemudian
ditambahkan kebutuhan protein selama menyusui 6 bulan pertama sebesar 20 gram. Kebutuhan
lemak 30% kebutuhan, karbohidrat cukup, dan garam rendah untuk membantu mengurangi
retensi cairan di paru-paru. Bentuk makanan lunak, disesuaikan dengan daya
terima pasien.
B.
IMPLEMENTASI
1.
Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
§
Jenis Diet/Bentuk Makanan/Cara
Pemberian : Diet Jantung/ Lunak/
Oral
§
Parenteral Nutrisi : -
Energi (kcal)
|
Protein (g)
|
Lemak (g)
|
KH (g)
|
|
Standar Diet Jantung RS
|
1562
|
55,8
|
46,9
|
222,1
|
Kebutuhan
|
1637,3
|
68,7
|
54,5
|
218
|
% Standar/Kebutuhan
|
95,4%
|
81,2%
|
86%
|
101,8%
|
Pembahasan Diet RS :
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa standar diet RS sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan energi dan karbohidrat pasien, namun untuk kebutuhan
protein dan lemak belum terpenuhi. Mengingat masih adanya gangguan
gastrointestinal sehingga asupan makanan masih rendah, maka terapi diet perlu
diubah supaya lebih sesuai dengan kondisi pasien.
2.
Penerapan Diet Berdasarkan Rekomendasi
Pemesanan
Diet : NT DJ RG III eks Entramix 1x 125 cc
Diet yang dipesan adalah diet jantung rendah
garam III supaya tidak memberatkan kerja jantung dan membantu mengurangi
retensi cairan diparu-paru. Pemberian ekstra entramix untuk menambah asupan
gizi pasien yang masih rendah. Bentuk makanana lunak sesuai standar RS untuk
makanan diet dalam bentuk lunak berupa nasi tim.
3.
Penerapan Konseling
Masalah Gizi
|
Tujuan Konseling Gizi
|
Materi Konseling
|
Keterangan
|
Asupan oral inadekuat
|
Memberi makanan sesuai kemampuan saluran
cerna
|
Bentuk makanan sesuai daya terima saluran
cerna
Tata cara mengelola waktu makan seperti porsi
kecil dan sering
|
Edukasi dilakukan kepada pasien dan keluarga pasien sewaktu pasien
masih dirawat di rumah sakit, namun belum memberikan leaflet diet rendah
garam
|
Peningkatan kebutuhan zat gizi
|
Memenuhi kebutuhan gizi selama masa laktasi 6 bulan pertama
|
Makanan
yang diberikan supaya dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan gizi
|
|
Penurunan kebutuhan natrium
|
Mengurangi sesak nafas akibat edema paru dan
mencegah terjadinya edema kembali
|
Pemillihan bahan makanan, cara pengolahan
makanan rendah garam
|
BAB 2. DASAR TEORI
A. Right-Sided
Heart Failure
Gagal jantung
kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi untuk jaringan (Baughman, 2000).
Penamaan gagal jantung kongestif sering digunakan jika terjadi gagal jantung
kiri dan kanan (Muttaqin, 2009). Faktor
pencetus dari penyakit gagal jantung kongestif dapat berupa hal berikut antara
lain hipertensi, infark miokardial, infeksi atau peradangan dan penyakit
miokardium degenerative yang berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi
ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun, stress emosional, emboli paru, aritmia, dan kehamilan atau persalinan
(Wahyuningsih, 2013)
Patofisiologi
gagal jantung dibagi menjadi beberapa bagian, salah satunya berdasarkan bagian
jantung yang mengalami kegagalan, yaitu gagal jantung kiri (Left-Sided Heart
Failure) dan Gagal jantung kanan (Right-Sided Heart Failure). Gagal
jantung kiri terjadi apabila bagian ventrikel kiri jantung kiri tidak dapat
memompa dengan baik sehingga dapat menurunkan aliran dari jantung sebelah kiri
keseluruh tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke dalam vaskulator
pulmonal (Berkowitz, 2013). Keadaan ini akan menyebabkan perpindahan cairan
intravaskular ke dalam interstitium paru dan menginisiasi edema (Porth, 2011).
Gagal jantung
kanan (Right-Sided Heart Failure) merupakan disfungsi ventrikel kanan, dapat
dikatakan saling berkaitan dengan disfungsi ventrikel kiri pada gagal jantung
apabila dilihat dari kerusakan yang diderita oleh kedua sisi jantung, misalnya setelah terjadinya infark
miokard atau tertundanya komplikasi yang ditimbulkan akibat adanya
progresifitas pada bagian jantung sebelah kiri. Pada gagal jantung kanan dapat
terjadi penumpukan cairan di hati dan seluruh tubuh terutama pada ekstermitas
bawah (Acton, 2013). Manifestasi klinis yang tampak
meliputi edema ekstremitas bawah (edema dependen), yang biasanya merupakan
pitting edema, pertambahan berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar),
distensi vena jugularis (vena leher), asites (penimbunan cairan di dalam rongga
peritoneal), nokturia dan lemah serta anoreksia dan mual. Pada gagal jantung, terjadinya edema disebabkan
kegagalan venterikel jantung untuk memopakan darah sehingga darah terkumpul di
daerah vena dan jaringan akan melepaskan cairan ke intestisial (Syaifuddin,
2006).
Energi yang diberikan pada pasien dengan Right-Sided Heart Failure disesuaikan dengan
berat badan dan aktivitas fisik. Apabila mengalami kegemukan, penurunan berat
badan dapat dicapai dengan asupan energi rendah dan meningkatkan aktivitas
fisik. Lemak yang diberikan sedang yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total, dengan
membatasi asupan kolesterol (<300 mg) dan lemak jenuh (10%). Protein,
karbohidrat, vitamin dan mineral diberikan cukup. Hindari penggunaan suplemen
kalium, kalsium, dan magnesium jika tidak dibutuhkan. Serat diberikan tinggi,
terutama serat larut air untuk mencegah konstipasi. Cairan diberikan cukup,
sesuai kebutuhan. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi penyakit, mudah
dicerna, tidak menimbulkan gas, dan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
Garam diberikan rendah jika terjadi edema, asites atau hipertensi. (Almatsier,
2006; Wahyuningsih, 2013).
Diet rendah garam antara lain
diet rendah garam I, yaitu hanya boleh mengonsumsi kurang dari 0,5 gr natrium
atau kurang dari 1,25 gr garam dapur per hari dan diberikan kepada penderita
dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi berat, diet rendah garam II yaitu
boleh mengonsumsi 0,5-1,5 gr natrium per hari, senilai dengan 1,25-3,75 gr
garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau
hipertensi tidak terlalu berat, dan diet rendah garam III yaitu boleh
mengonsumsi 1,5-3 gr natrium per hari, senilai dengan 3,75-7,5 gr garam dapur
dan diberikan kepada penderita dengan oedema dan/atau hipertensi ringan (Sheps,
2005 dan Gunawan, 2007).
B.
Kebutuhan
Gizi Ibu Menyusui 6 Bulan Pertama
Pemberian
ASI artinya memberikan
zat-zat gizi yang bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan syaraf dan otak bayi, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Depkes RI, 2005). Nutrisi memegang peranan
penting untuk
menunjang produksi ASI yang maksimal.
Namun, sering terjadi produksi ASI yang maksimal, salah
satu penyebabnya yaitu karena asupan nutrisi ibu yang kurang baik, menu makanan
yang tidak seimbang dan juga mengkonsumsi makanan yang kurang teratur maka
produksi ASI tidak mencukupi untuk bayi.
Produksi dan pengeluaran ASI yang maksimal dipengaruhi oleh hormon prolaktin
yang berkaitan dengan nutrisi ibu, oleh karena itu makanan ibu menyusui
berpedoman pada Pedoman Gizi Seimbang (PGS) (Depkes RI, 2010). Kuantitas makanan untuk
ibu yang sedang menyusui lebih banyak dibanding dengan ibu hamil, namun kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti
disarankan untuk mengkonsumsi susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang.
Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan
unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan simpanan dalam tubuh, akibatnya ibu akan mengalami
kerusakan gigi.
Selama menyusui, ibu harus mendapatkan makanan tambahan karena
selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran, air susu ibu merupakan sumber makanan
tunggal bagi bayi, sehingga jumlah dan kualitasnya harus tetap cukup sesuai dengan kebutuhan bayi.
Menurut penelitian WHO mengenai nutrisi selama kehamilan dan menyusui
manyatakan bahwa produksi ASI yang cukup adalah 850 cc per hari. Ibu menyusui dianjurkan
makan sebanyak 6 kali perhari sesuai frekuensi menyusui bayinya. Selain itu, ibu menyusui dianjurkan menambah
konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidratnya. Berdasarkan Angka Kecukupan
Gizi 2013, Ibu menyusui disarankan
menambah energi sebanyak 330 kkal dan protein sebanyak 20 gram untuk 6 bulan
pertama menyusui, sedangkan untuk lemak dan karbohidrat menggunakan persen dari
total energi.
Kemudian, kadar air dalam ASI sekitar 88 gram sehingga ibu menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5
liter air sehari.
Sumber :
Acton, Q. A. 2013. Ethylene Glycols Advances in Research and
Appication. ScholarlyEditions. Georgia, hal 308.
Almatsier,
Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
AKG. 2013. Angka Kecukupan Gizi
Energi, Protein Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Lampiran Peraturan
Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013.
Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku untuk
Brunner dan Suddarth, Edisi 1. Alih bahasa: Yasmin asih, Editor Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Berkowitz, Aaron. 2013. Lecture
Notes Patofisiologi Klinik Disertai Contoh Kasus Klinik. Jakarta: Binarupa
Departemen Kesehatan RI. 2005. Manajemen Laktasi: Buku Panduan Bagi
Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2010. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Gunawan, S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Kementrian
Kesehatan RI
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba
Medika. pp : 71.
Porth, Carol Mattson. 2011. Essensial
Of Pathophysiology: Conceps Of Altered Health States 3th ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health.
Sheps, M. D & Sheldon G. 2005. Mayo
Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan darah Tinggi. Jakarta: PT Duta Prima
Syaifuddin.
2006. Anatomi Fisiologi untuk
Mahasiswa Keperawatan- Ed. 3. Jakarta: EGC
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan
Diet pada Pasien. Semarang : Graha Ilmu
Komentar
Posting Komentar