Asuhan Gizi Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Diseases)
picture by medicarepharmabusiness.com |
Setelah sebelumnya membahas asuhan gizi pada penyakit jantung, disini akan saya berikan lagi contoh asuhan gizi pada penyakit ginjal, yaitu lengkapnya Chronic Kidney Disease Inefektif Perfusi Ginjal. Kasus ini juga saya peroleh dan kerjakan saat PKL di RSUD Banyumas, dibawah bimbingan ahli gizi disana. semoga bermanfaat ^_^
1. ASSESMEN
GIZI
A. ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Nama
: Ny J
|
Tanggal Masuk : 3 Mei 2017
|
Umur : 49 tahun
|
Tanggal Kasus : 3 Mei
2017 sd 7 Mei 2017
|
Agama : Islam
|
Diagnosis medis :
CKD Inefektif Perfusi Jaringan Ginjal
|
2. Berkaitan
Dengan Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
|
Mual, kerongkongan sakit dan kering, pusing, kejang, sakit bagian ulu
hati, bahu sakit
|
Riwayat Penyakit Sekarang
|
Sakit ginjal kronis, keluhan pusing dan sakit dikerongkongan dan bahu
|
Riwayat Penyakit Dahulu
|
Lutut sakit karena asam urat tinggi
|
Riwayat
Penyakit Keluarga
|
-
|
3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi
Data sosio ekonomi
|
Penghasilan : <1000.000
Jumlah anggota
keluarga : 3
|
Aktifitas fisik
|
Jam kerja : 6-8 jam Jenis olahraga : tidak ada
|
Alergi makan
|
Makanan :-
Jenis diet khusus : -
|
Masalah gastrointestinal
|
Nyeri ulu hati : +
Mual :+
Perubahan pengecapan/ penciuman :+
|
Penyakit kronik
|
Jenis penyakit :- Modifikasi
diet :-
|
Kesehatan mulut
|
Sulit menelan :- Stomatitis :- Gigi lengkap : +
|
Pengobatan
|
Riwayat pengobatan ginjal alternatif 1 tahun yang lalu
|
Perubahan berat badan
|
Berkurang : 5 kg tidak
disengaja Selama : ±1 bulan
|
Mempersiapkan makanan
|
menyiapkan : masak sendiri Fasilitas kompor, lemari
|
Pola makan
|
Pasien biasa
makan 3 x/hari
Makanan pokok : Nasi 3x sehari @1 centong (100 gr) ,
Lauk hewani : ayam 1x seminggu @1 potong (50 gr), ikan asin
1x seminggu @1 potong (50 gr)
Lauk nabati : tahu 1-2x sehari @2 potong kecil (100 gr),
tempe 1-2x sehari @2 potong (50 gr)
Sayur : kangkung 2x sehari @3 sendok makan (30 gr),
terong 2-3x seminggu @3 sendok makan (30 gr), kacang panjang 3-4x seminggu @3
sendok makan (30 gr), sering ditumis
Buah : pisang 3-4x seminggu @1 buah (50 gr), pepaya
1x seminggu @1 potong (100 gr), jeruk 1x seminggu @1 buah (80 gr)
Snack : keripik 3-4x seminggu @1 plastik kecil (50 gr), gorengan 2-3x
seminggu @2 buah (50 gr)
Minuman : air putih setiap hari, sangat jarang
mengkonsumsi teh dan kopi
Suka makanan asin
Secara kuantitatif, rata-rata asupan sehari pasien dibandingkan
kebutuhan adalah sebagai berikut :
Energi : 1027 kkal (58,9%)
Protein : 36 gr (90,5%)
Lemak : 39,4 gr (81,4%)
Karbohidrat :138,3 gr (48,2%)
|
B. ANTROPOMETRI
Panjang
ulna
|
TB
Estimasi
|
BBI
|
LILA
|
23,3 cm
|
149,77 cm
|
49,77 kg
|
20,5 cm
|
TB estimasi berdasarkan panjang ulna
TBest = 66,37 + 3,5796 x PU
=
66,37 + 3,5796 x 23,3
= 149,77 cm
BBI = TB-100
= 149,77-100
= 49,77 kg
Kesimpulan
:
Status gizi berdasarkan persentil LILA
Status Gizi = LILA Aktual/LILA Persentil x 100%
=
20,5/29,9 x 100%
=
68,5%
Berdasarkan
data persentil LLA, pasien termasuk status gizi buruk. Dalam kasus ini, pasien
hanya dapat diukur panjang ulna dan LLA, dikarenakan kondisi yang sangat lemas.
Pengukuran LILA dapat melihat perubahan pada masa otot sehingga bermanfaat
untuk mendiagnosis saat kekurangan gizi (Gibson, 2005).
C.
BIOKIMIA
Pemeriksaan Darah
|
Nilai Normal
|
Awal Masuk RS
|
Keterangan
|
Monosit
|
0,04-0,06
|
0,430
|
Tinggi
|
Eosinofil
|
0,01-0,03
|
0,084
|
Tinggi
|
Basophil
|
0,004-0,01
|
0,039
|
Tinggi
|
RBC
|
3,8-5,8 106/mm3
|
3,45 106/mm3
|
Rendah
|
Hemoglobin
|
12-16 g/Dl
|
9,27 g/dL
|
Rendah
|
Hematokrit
|
36-46 %
|
27,1 %
|
Rendah
|
MCV
|
80-90 fL
|
78,6 fL
|
Rendah
|
MCH
|
27-31 pg
|
26,9 pg
|
Rendah
|
MCHC
|
0,32-0,36 g/dL
|
34,2 g/dL
|
Tinggi
|
RDW
|
11,6-14,4%
|
11,2%
|
Rendah
|
MPV
|
6,5-11 µm3
|
5,33 µm3
|
Rendah
|
Kalium
|
3,5-5 mmol/L
|
5,4 mmol/L
|
Tinggi
|
Natrium
|
135-150 mmol/L
|
107 mmol/L
|
Rendah
|
Kreatinin
|
0,5-1,5 mg/dL
|
8,35 mg/dL
|
Tinggi
|
BUN
|
5-25 mg/dL
|
80,6 mg/dL
|
Tinggi
|
Klorida
|
95-105 mmol/L
|
75 mmol/L
|
Rendah
|
Tes Klirens Kreatinin = (140-U)x BBI/72 x kreatinin}x0,85 (Perempuan)
= 6,39
TKK
|
Keterangan
|
75 – 100
|
Hilangnya fungsi cadangan ginjal
|
25 – 75
|
Insufisiensi ginjal
|
5 - 25
|
Gagal ginjal kronik
|
<5
|
Gagal ginjal terminal
|
Kesimpulan :
Peningkatan kalium,
kreatinin dan BUN serta penurunan kadar hematokrit mengindikasikan kegagalan
ginjal akut ataupun kronis. Dari kadar kreatinin, dihitung angka Tes Klirens
Kreatini (TKK) dan diperoleh sebesar 6,39, yang menandakan terjadi gagal ginjal
kronik. Peningkatan MCHC menandakan terjadinya anemia defisiensi zat besi, yang diperkuat dengan
kadar hemoglobin, MCV, dan MCH yang rendah. Kadar natrium dan klorida yang
rendah dapat terjadi karena adanya diet rendah natrium atau diet rendah garam
(Wahyuningsih, 2013).
D. PEMERIKSAAN FISIK KLINIS
1.
Kesan umum : Lemah, Compos Mentis
2.
Vital sign :
Nilai Normal
|
Hasil Pemeriksaan
|
Keterangan
|
|
Tekanan darah
|
120/80 mmHg
|
150/90 mmHg
|
Tinggi
|
Respirasi
|
18-20x/menit
|
22 x /menit
|
Tinggi
|
Nadi
|
80-100 x menit
|
98 x/menit
|
Normal
|
Suhu
|
36,5 oC
|
37 oC
|
Tinggi
|
E.
Dietary
Hasil
recall 24 jam diet : Rumah Sakit
Tanggal : 3 Mei 2017
Diet
RS : Rendah Protein Rendah Garam II Rendah Kalium
Implementasi
|
Energi (kkal)
|
Protein (g)
|
Lemak (g)
|
Karbohidrat (g)
|
Asupan oral
|
872,7
|
25,2
|
28,8
|
129,2
|
Standar RS
|
1537
|
55,8
|
44,4
|
222,1
|
% Asupan
|
56,77%
|
45,1%
|
64,8%
|
58,1%
|
Kesimpulan
:
Berdasarkan hasil recall 24 jam,
diketahui asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat pasien inadekuat, yaitu
<80% dibandingkan standar rumah sakit. Hal ini dimungkinkan karena adanya
kondisi mual, nyeri ulu hati dan perubahan indra pengecapan yaitu ludah terasa
pahit.
F. Terapi Medis
Jenis Obat
|
Fungsi
|
Interaksi dengan Zat Gizi
|
Solusi
|
Ranitidin
|
Menurunkan kadar asam lambung
yang berlebihan
|
Menyebabkan konstipasi, muntah, dan sulit menelan
|
Mengkonsumsi makanan lunak dan makanan
berserat
|
Ondansentron
|
Mencegah dan mengobati mual dan muntah
|
Menyebabkan konstipasi
|
Mengkonsumsi makanan berserat dan awasi
keadaan konstipasi
|
Viccilin
|
Mengobati infeksi akibat bakteri seperti
gonore, infeksi kulit dan infeksi saluran kemih
|
Menyebabkan mual dan muntah
|
Mengkonsumsi makanan lunak, dalam porsi kecil
dan sering, serta mengkonsumsi antimual
|
(NI-2.1) Asupan oral inadekuat
berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dan efek samping pemberian obat
dibuktikan oleh mual, perubahan indra pengecapan (ludah terasa pahit) dan hasil
recall 24 jam <80%, yaitu asupan energi 59,2%, asupan protein 65,5%, asupan
lemak 71,1% dan asupan karbohidrat 55%.
(NI-5.4) Penurunan kebutuhan
protein, kalium dan natrium berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dibuktikan
oleh hasil laboratorium kreatinin tinggi (8,35 mg/dL), BUN tinggi (80,6 mg/dL),
kadar kalium tinggi (5,4 mmol/L) dan tekanan darah tinggi (150/90 mmHg).
(NB-1.1) Kurangnya pengetahuan
tentang makanan dan gizi berkaitan dengan keterbatasan informasi mengenai makanan
dan gizi dibuktikan oleh kebiasaan mengkonsumsi makanan asin dan belum pernah
mendapatkan konsultasi gizi.
3. INTERVENSI GIZI
A. PLANNING
1. Tujuan Diet :
a. Memenuhi kebutuhan gizi
b. Memberikan makanan tanpa memberatkan kerja
ginjal dan membantu menurunkan tekanan darah
c. Meningkatkan pengetahuan mengenai makanan
dan gizi
2. Syarat / Prinsip Diet
a. Energi 35 kkal/ kg BB
b. Protein 0,8 g/kg BB
c. Lemak sedang 25% dari kebutuhan
d. Karbohidrat cukup
e. Garam rendah 1,25-3,75
gram/ hari
f. Kalium rendah 40-70 mEq/hari
g. Cairan diberikan sesuai jumlah urin yang
dikeluarkan
h. Bentuk makanan lunak, disesuaikan dengan
daya terima
3.
Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi
a. Energi
TBest = 149,77 cm
BBI = 49,77 kg
Energi = 35 kkal x BBI
= 35 x 49,77
= 1741,95 kkal
b. Protein = 0,8 gr /kg BBI
= 0,8 gr x 49,77
=
39,8 gr
= 159,3 kkal
c.
Lemak = 25% x 1741,95 kkal
= 435,5 kkal
= 48,38 gr
d.
Karbo = 1741,95–159,3– 435,5
= 1147,15 kkal
= 286,7
gr
e.
Natrium = 0,5-1,5 gr/ hari
= 1,25-3,75 gr garam/ hari
f.
Kalium = 40 – 70 mEq/hari
4. Terapi Diet, Bentuk Makanan, Cara Pemberian dan
Frekuensi
Terapi Diet : Rendah Protein 40, Rendah Garam II, Rendah Kalium,
ekstra Nephrisol
Bentuk makanan :
Lunak
Cara
Pemberian : Oral
Frekuensi : 3x makan utama dan 2x selingan
ditambah ekstra Nephrisol 1x 125 ml jam selingan pagi
5. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Yang diukur
|
Pengukuran
|
Evaluasi/ target
|
|
Antropometri
|
-
|
-
|
-
|
Biokimia
|
Ur, Kreatinin, BUN, dan Hb
|
Menyesuaikan pemeriksaan
|
Normal
|
Fisik klinik
|
Tekanan darah, lemas, pusing dan mual
|
Menyesuaikan pemeriksaan
|
Tekanan darah normal
Lemas , pusing dan mual berkurang
|
Asupan zat gizi
|
Asupan energi, protein, lemak, karbohidrat
Daya terima
|
Setiap hari
|
Asupan >80%
Daya terima baik
|
B.
IMPLEMENTASI
1.
Kajian Terapi Diet Rumah Sakit
§
Jenis Diet/Bentuk Makanan/Cara
Pemberian : RP RG II RK/ Lunak/
Oral
§
Parenteral Nutrisi : -
Energi (kcal)
|
Protein (g)
|
Lemak (g)
|
KH (g)
|
|
Standar Diet RS
|
1537
|
55,8
|
44,4
|
222,1
|
Kebutuhan
|
1741,95
|
39,8
|
48,38
|
286,7
|
% Standar/Kebutuhan
|
88,23 %
|
140,2%
|
91,77%
|
77,46%
|
Pembahasan
Diet RS :
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa standar diet RS berlebihan dalam
memenuhi kebutuhan protein, sedangkan kurang dalam memenuhi kebutuhan
karbohidrat pasien. Mangingat masih adanya gangguan gastrointestinal yang menyebabkan
asupan makanan pasien masih rendah, maka terapi diet perlu diubah supaya lebih
sesuai dengan kondisi pasien.
2.
Penerapan Diet Berdasarkan Rekomendasi
Pemesanan Diet :
Hari 1 : NT RP 40 RG II
RK Eks Nephrisol 125 ml
Hari 2 : BB Lauk Saring
RP 40 RG II RK Eks Nephrisol 125 ml
Hari 3 : BS RP 40 RG II
RK Eks Nephrisol 125 ml
Pada hari pertama, pemesanan diet berbentuk
nasi tim dengan rendah protein, rendah garam dan rendah kalium dan ekstra
nephrisol terkait dengan penyakit ginjal kronik. Namun pada hari kedua nasi tim
diganti bubur nasi dengan lauk saring dikarenakan asupan makanan yang masih
rendah. Kemudian dihari ketiga bubur nasi diganti dengan bubur saring karena
asupan pasien masih belum meningkat.
3.
Penerapan Konseling
Masalah gizi
|
Tujuan Konseling Gizi
|
Materi konseling
|
Keterangan
|
Asupan oral inadekuat
|
Memberi makanan sesuai kemampuan saluran
cerna
|
Mengedukasi keluarga pasien supaya pasien
termotivasi untuk makan, walaupun sedikit terlebih dahulu
Menjelaskan kebutuhan makan pasien sehari
serta waktu makannya untuk pedoman makan pasien setelah pulang dari rumah
sakit
|
Konseling
Sasaran :
pasien dan keluarga pasien
Waktu : 10 mei 2017
Tempat : Ruang Teratai A2 (Ruang rawat
pasien)
Metode : Tanya jawab
Media : Leaflet diet rendah protein
yang sudah mencantumkan data diri pasien dan
standar diet sehari berdasarkan kebutuhan pasien.
|
Penurunan kebutuhan protein
|
Memberikan
makanan tanpa memberatkan kerja ginjal
|
Mengedukasi keluarga pasien terkait
pemillihan bahan makanan yang rendah protein dan pemilihan sumber protein
dengan nilai biologis tinggi
|
|
Penurunan kebutuhan natrium
|
Menurunkan tekanan darah
|
Mengedukasi keluarga pasien untuk membantu
pasien mengurangi konsumsi makanan yang tinggi natrium setelah pulang dari
rumah sakit
|
A.
Chronic Kidney Disease
Berdasarkan National Kidney Foundation (2002), chronic kidney disease (CKD)
adalah kerusakan pada fungsi atau struktur ginjal yang berlangsung lebih dari
sama dengan 3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan Laju
Filtrasi Glomerulus (LFG). LFG atau disebut Glomerular
Filtration Rate (GFR) merupakan
ukuran untuk menilai kemampuan fungsi ginjal yang dihitung
dari kadar kreatinin dan kadar nitrogen urea (blood urea nitrogen/BUN) di dalam
darah. Kreatinin merupakan hasil metabolisme sel otot yang terdapat di dalam darah kemudian dibuang melalui urin. Kadar kreatinin
normal dalam darah adalah 0,6-1,2 mg/dL, apabila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di
dalam darah akan meningkat. LFG dihitung dari jumlah kreatinin yang menunjukkan
kemampuan fungsi ginjal menyaring darah dalam satuan ml/menit/1,73m2. Selain itu, CKD dapat pula didefinisikan sebagai keadaan dimana LFG <
60 mL/menit/1,73 m2 selama lebih dari sama dengan 3 bulan dengan
atau tanpa disertai kerusakan ginjal.
Berdasarkan Price dan Wilson (2005), klasifikasi
penyebab penyakit ginjal kronik adalah sebagai berikut : penyakit infeksi
tubulointerstitial; penyakit peradangan seperti glomerulonefritis; penyakit
vaskuler hipertensif; gangguan jaringan ikat sepert lupus eritematosus sistemik; gangguan congenital dan
herediter seperti penyakit ginjal polikistik;
penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, gout, dan hiperparatiroidisme; nefropati toksik akibat penyalahgunaan
analgesi dan
nefropati timah; nefropati obstruktif seperti
traktus urinarius bagian atas (batu/calculi, neoplasma, dan fibrosis), dan traktus urinarius
bawah (hipertropi prostat, striktur uretra, anomaly congenital leher vesika
urinaria dan uretra).
Manifestasi
klinis penyakit ginjal kronis meliputi gambaran yang sesuai dengan penyakit yang mendasari, sindrom
uremia dan gejala kompikasi.
Pada stadium awal, terjadi kehilangan daya cadang ginjal dimana LFG masih normal atau
justru meningkat. Kemudian terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif, ditandai
dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Saat LFG sebesar 60%, pasien
belum merasakan keluhan. Ketika LFG sebesar 30%, baru terasa keluhan seperti badan lemah, nokturia, mual,
nafsu makan kurang, dan penurunan berat badan. Kemudia saat LFG di bawah 30%, pasien menunjukkan gejala uremia seperti peningkatan
tekanan darah, anemia, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, mual, muntah,
pruritus dan lain sebagainya. Pasien juga mudah terkena infeksi dan rentan mengalami gangguan
keseimbangan elektrolit dan air. Pada LFG di bawah 15%, akan timbul gejala dan komplikasi serius (Suwitra,
2009).
Selain itu, manifestasi klinis penyakit ginjal kronis
menurut Smeltzer (2001) antara lain hipertensi akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivitas sistem renin - angiotensin – aldosteron, perikarditis
akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, nyeri dada dan sesak nafas
akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit jantung koroner akibat
aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan. Pasien penyakit ginjal kronis juga mengalami anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, edema
akibat penimbunan cairan, perubahan tingkat kesadaran, dan tidak mampu
berkonsentrasi.
B.
Pengaturan Diet pada Chronic Kidney Disease
Pengaturan diet penyakit ginjal kronis bertujuan memenuhi kebutuhan gizi
tanpa memberatkan kerja ginjal. Energi yang diberikan untuk penyakit ginjal
kronis sebesar 35 kkal/kg BB, dengan kebutuhan protein sesuai dengan
kondisinya. Untuk pasien pre-hemodialisis, kebutuhan protein sebesar 0,6-0,8
gr/kg BB, dengan syarat sebagian sumber protein harus bernilai biologis tinggi.
Sedangkan pada pasien hemodialisis dan CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal
Dialysis), kebutuhan protein lebih tinggi untuk mengganti protein yang hilang
saat proses pembersihan racun dari darah. Kebutuhan proteinnya yaitu sebesar
1,2 gr/kg BB untuk pasien hemodialisis dan 1,3 gr/kg BB untuk pasien CAPD.
Kebutuhan lemak, karbohidrat, dan vitamin cukup, sedangkan kebutuhan natrium
dikurangi jika ada hipertensi, asites, edema, oliguria, ataupun anuria.
Begitupula kebutuhan kalium dibatasi jika ada hiperkalemia, oliguria atau
anuria. Cairan dibatasi sebanyak jumlah urin yang keluar dalam sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan kurang lebih 500 ml, jika
terjadi oliguria atau anuria (Almatsier, 2006).
Terkait dengan hipertensi sebagai manifestasi klinis penyakit
ginjal kronis, perlu mengurangi asupan natrium dari garam. Pengurangan asupan garam bermanfaat untuk menghilangkan retensi garam
atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi (Gunawan,
2007). Diet rendah garam antara lain diet rendah garam I, yaitu hanya boleh mengonsumsi
kurang dari 0,5 gr natrium atau kurang dari 1,25 gr garam dapur per hari dan
diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan/atau hipertensi berat,
diet rendah garam II yaitu boleh mengonsumsi 0,5-1,5 gr natrium per hari,
senilai dengan 1,25-3,75 gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan
oedema, ascites, dan/atau hipertensi tidak terlalu berat, dan diet rendah garam
III yaitu boleh mengonsumsi 1,5-3 gr natrium per hari, senilai dengan 3,75-7,5
gr garam dapur dan diberikan kepada penderita dengan oedema dan/atau hipertensi
ringan (Sheps, 2005 dan Gunawan, 2007).
Sumber :
Almatsier,
Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Gunawan, S. G. 2007.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta : FKUI
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2014. Pedoman Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT). Kementrian
Kesehatan RI
National Kidney Foundation, 2009. Chronic
Kidney Disease. New york: National Kidney Foundation. Diakses dari http://www.kidney.org/kidneydisease/ckd/index.cfm#whatis.
Price and Wilson. 2005. Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta : EGC
Sheps, M. D & Sheldon G. 2005. Mayo
Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan darah Tinggi. Jakarta: PT Duta Prima
Suwitra, Ketut. 2009 Penyakit Ginjal Kronik,
Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 2. Edisi 5. In: Aru W Sudoyo, editor.
Jakarta: Interna Publishing
Smeltzer, Suzanne C dan
Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Ini untuk memberi tahu masyarakat umum pria atau wanita yang sehat dan sehat
BalasHapus100% serius tentang penjualan ginjal mereka harus menghubungi Dr rahmat
Rumah sakit sesegera mungkin.
Surel; drmercyhospital686@gmail.com Kami memiliki banyak pasien yang saat ini membutuhkan transplantasi ginjal., apakah Anda
Mencari peluang untuk menjual ginjal Anda demi uang karena masalah keuangan
rusak dan kami akan membeli ginjal Anda untuk jumlah 800.000 euro untuk ginjal.
Dan kami juga memiliki HIV / bantuan penyembuhan, jika Anda membutuhkan penyembuhan juga
kirim email kepada kami sekarang,
SUREL; drmercyhospital686@gmail.com
WhatsApp: +2348100367800
whatsapp +491639478840
Hormat kami,
Rumah sakit Dr.
Welcome to Apollo Hospital, Specialist hospital that buy kidney.
BalasHapusDo you wish to sell your kidney in exchange of money? If yes.
Then contact today to get a reliable and good transaction.
Contact via below information Immediately
email: apollohospitalkidneydep@gmail.com
WhatsApp number: +918122208392
WhatsApp number: +6285692408306