Asuhan Gizi pada B20 dengan TB Paru (dengan format IDNT)
picture by www.uab.edu |
ASESMEN KLIEN
A. IDENTITAS
KLIEN (CH)
1. Data personal
Kode
IDNT
|
Jenis
Data
|
Data
Personal
|
CH.1.1
|
Nama
|
Tn J
|
CH.1.1.1
|
Umur
|
38 tahun
|
CH.1.1.2
|
Jenis Kelamin
|
Laki-laki
|
CH.1.1.5
|
Suku/etnik
|
Jawa
|
CH.1.1.9
|
Peran dalam keluarga
|
Kepala rumah tangga
|
Diagnosis medis awal
|
B20 dengan Pneumocystic
|
2. Riwayat
Penyakit
Kode
IDNT
|
Jenis
Data
|
Keterangan
|
CH.2.1
|
Keluhan utama
|
Demam hilang
timbul, Sesak nafas hilang timbul, batuk, dibawa ke IGD RSPS rujukan dari RS Respira
dengan B20 dan Bronkopneumonia, advice opname
|
Riwayat penyakit
dahulu
|
Batuk selama 1
bulan
|
|
Riwayat penyakit sekarang
|
Sesak nafas hilang timbul, batuk, demam
hilang timbul, nyeri perut
|
|
CH-2.2
|
Riwayat pengobatan
|
Dirawat
di Respira dengan Bronkopneumonia
|
3.
Riwayat
Klien yang Lain
Kode
IDNT
|
Jenis
Data
|
Keterangan
|
CH.2.1.5
|
Gastrointestinal
|
Penurunan nafsu makan,terdapat nyeri perut,tidak ada kesulitan
mengunyah namun ada kesulitan menelan karena kerongkongan sakit akibat batuk
berkepanjangan
|
CH.2.1.8
|
Imun
|
Tidak ada alergi makanan
|
CH.2.2.1
|
Perawatan
|
Penanganan sesak
nafas dan batuk
|
CH.3.1.1
|
Riwayat sosial
|
Menengah ke bawah
|
CH.3.1.7
|
Agama
|
Islam
|
Kesimpulan
:Klien mengalami
penurunan nafsu makan, tidak ada kesulitan mengunyah namun ada kesulitan
menelan karena kerongkongan sakit akibat batuk berkepanjangan. Klien tidak
memiliki alergi makanan.
B. SKRINING GIZI
NUTRITIONAL RISK SCREENING (NRS-2002)
1.
Skrining
Awal
No
|
Kriteria
|
Jawaban
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Apakah IMT < 20.5?
|
Ö
|
|
2.
|
Apakah klien kehilangan BB dalam 3 bulan
terakhir?
|
Ö
|
|
3.
|
Apakah
asupan makan klien menurun 1 minggu terakhir?
|
Ö
|
|
4.
|
Apakah klien
dengan penyakit berat? (ICU)
|
Ö
|
|
Jika tidak untuk semua kriteria à skrining diulang 1 minggu kemudian
Jika ada 1 atau lebih kriteria dengan
jawaban ya à dilakukan skrining lanjut
|
2.
Skrining
Lanjut I
Risiko Gizi
|
Kriteria
|
Absen (Skor = 0)
|
Status gizi normal
|
Ringan (Skor = 1)
|
Kehilangan BB > 5% dalam 3 bulan atau
asupan 50-75% dari kebutuhan
|
Sedang (Skor = 2)
|
Kehilangan BB > 5% dalam 2 bulan atau
IMT 18.5-20.5 atau asupan 25-50% dari kebutuhan
|
Berat (Skor = 3)
|
Kehilangan BB > 5% dalam 1 bulan
(>15% dalam 3 bulan) atau IMT < 18.5 atau asupan 0-25% dari kebutuhan
|
3.
Skrining
Lanjut II
Risiko Gizi
|
Kriteria
|
Absen (Skor = 0)
|
Kebutuhan gizi normal
|
Ringan (Skor = 1)
|
Fraktur,
klien kronik (sirosis hati, COPD, HD rutin, DM, kanker)
|
Sedang (Skor = 2)
|
Bedah mayor,
stroke, pneumonia berat, kanker darah
|
Berat (Skor = 3)
|
Cedera kepala, transplantasi sumsum, klien
ICU
|
Skrining lanjut I
|
Skrining lanjut II
|
Usia > 65 tahun
|
TOTAL SKOR
|
|
SKOR
|
3
|
2
|
0
|
5
|
RISIKO /
|
Kesimpulan : Klien beresiko malnutrisi, sehingga
membutuhkan rencana asuhan gizi
C. BERKAITAN
DENGAN RIWAYAT MAKAN (FH)
1.
SFFQ
Kode
IDNT
|
Jenis
Data
|
Keterangan
|
FH
2.1
|
Riwayat Diet Pola Makan Sebelum sakit
Pola Makan Satu Bulan Terakhir (Setelah
Sakit)
|
1.
Pola
makan 3x sehari, selingan 1x sehari
2.
Makanan
pokok nasi 3x sehari @ 2 centong (200 gr)
3.
Lauk
hewani : ikan 3x seminggu @1 ekor/potong, ayam 4x seminggu @1 potong, telur
6x seminggu @1 butir, daging 2x sebulan @1 potong, pemasakan digoreng
4.
Lauk
nabati : tahu 3x seminggu @ 1 potong, tempe 4x seminggu @1-2 potong,
pemasakan digoreng
5.
Sayur
: sayur kacang panjang/sop/bayam 1-2x sehari @2 centong sayur, pemasakan
ditumis atau bening
6.
Buah
: apel/pepaya/jeruk/pisang 1x sehari @1 potong/buah
7.
Minum
: air putih kurang dari 8 gelas sehari, teh 1x sehari gula @ 1 sdm
8.
Selingan
: jajanan pasar 3-4x seminggu @1 potong
1.
Pola
makan 1-2x sehari karena nafsu makan menurun
2.
Makanan
pokok : nasi 1-2x sehari @1 centong
3.
Lauk
Hewani : ayam 2x seminggu @ 1 potong, telur 3x seminggu @ 1 butir, pemasakan
digoreng
4.
Lauk
Nabati : Tahu 2x seminggu @ 1 potong, tempe 3x seminggu @1 potong, pemasakan
digoreng/dibacem
5.
Sayur
: sayur kacang panjang/wortel/kobis/bayam 1x sehari @1 centong sayur,
pemasakan ditumis,sop dan bening
6.
Buah
: pisang/pepaya/jeruk 1x sehari @1 potong/buah
7.
Minum
: air putih 10 gelas sehari teh 1x sehari gula @ 1 sdm
|
FH
2.1.2
|
Pengalaman
Diet
|
Klien
belum pernah menjalani diet tertentu
|
FH
2.1.3
|
Lingkungan
makan
|
Klien
makan bersama dengan istri
|
FH
4.1
|
Pengetahuan
tentang makanan dan gizi
|
Klien
maupun keluarga belum pernah mendapatkan konseling gizi
|
Kesimpulan
:Kebiasaan makan klien
sebelum sakit kurang baik, karena untuk sayur belum memenuhi kriteria gizi
seimbang. Kebiasaan makan klien selama sakit menjadi tidak teratur dan hanya
mengkonsumsi jenis makanan tertentu sehingga tidak memenuhi gizi seimbang dan
tidak mencukupi kebutuhan gizinya.
Kebiasaan Asupan Zat Gizi Sehari-hari
Berdasarkan SQFFQ (Satu Bulan terakhir setelah sakit)
Energi
|
Protein
|
Lemak
|
Karbohidrat
|
|
Asupan
|
598,71
kcal
|
21,6
g
|
17,9
g
|
90,9
g
|
AKG
|
2550
kcal
|
65
g
|
70
g
|
415
g
|
%
Asupan
|
23%
|
33%
|
25%
|
21,9%
|
Interpretasi
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Klasifikasi
tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat sebagai berikut
(WNPG, 2004):
a. Kurang : <80% AKG
b. Baik : 80 – 110 % AKG
c. Lebih : >110% AKG
Kesimpulan : asupan makan selama 1 bulan terakhir
masih tergolong kategori kurang, hal ini disebabkan karena nafsu makan menurun,
batuk, sesak nafas, dan demam hilang timbul.
D.
ANTROPOMETRI (AD)
Kode IDNT
|
Jenis Data
|
Keterangan
|
AD.1.1.1
|
Tinggi Badan
|
165 cm
|
AD 1.1.2
|
Berat Badan
|
49 kg
|
AD 1.1.4
|
Perubahan Berat Badan
|
Turun 14 kg 3
bulan terakhir
|
AD.1.1.5
|
IMT
|
17,9 (Kurang)
|
IMT = BB/[TB(cm)]2 =
49/2,7225= 17,9 (Gizi Kurang)
BBI = 58,5 Kg
Kesimpulan :
Berdasarkan pemeriksaan antropometri,
status gizi klien berdasarkan IMT termasuk kategori kurang (WHO, 2004)
E.
FISIK/KLINIS (PD)
Kode IDNT
|
Data Fisik/Klinis
|
Hasil
|
PD.1.1.1
|
Penampilan
Keseluruhan
|
Composmentis
|
PD.1.1.2
|
Bahasa
Tubuh
|
Lemah
|
PD.1.1.6
|
Kepala
dan mata
|
Normal
|
PD.1.1.9
|
Vital
sign
Nadi (nilai normal:
60-100 x/menit)
Suhu ( nilai normal :
36-37 0C)
Respirasi
(nilai
normal : 20-30 x/menit)
Tekanan
darah
(nilai normal: 120/80 mmHg)
|
90 x
(Normal)
36,6oC
(Normal)
30x (Normal)
110/70 (Normal)
|
Pemeriksaan
Penunjang :
1.
Foto
Toraks AP
Kesan : tampak konsoldiasi inhomogen di paracardial
dextra, air bronkhogram (+), Pneumonia dd TB, Besar cor dalam batas normal
|
Kesimpulan :berdasarkan pemeriksaan fisik/klinik
diketahui bahwa klien dalam keadaan composmentis dengan kondisi tubuh lemah.
Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi klien
normal.
F.
BIOKIMIA (BD)
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 6
dan 7 Desember 2019
Kode
IDNT
|
Data
Biokimia
|
Hasil
|
Nilai
Rujukan
|
Ket.
|
BD.1.2
|
Ureum
|
32 mg/dl
|
17-43 mg/dL
|
Tinggi
|
Kreatinin
|
0,93 mg/dL
|
0,90-1,30mg/dL
|
Normal
|
|
Natrium
|
131,6
mmol/l
|
137-145mmol/l
|
Rendah
|
|
Kalium
|
3,33
mmol/l
|
3,5-5,1mmol/l
|
Rendah
|
|
Klorida
|
97,9
mg/dL
|
98-107
mg/dL
|
Normal
|
|
BD.1.4
|
SGOT
|
69
U/L
|
≤37
U/L
|
Tinggi
|
SGPT
|
32
U/L
|
≤41
U/L
|
Normal
|
|
BD 1.5
|
GDS
|
120
mg/dL
|
80
– 200 mg/dL
|
Normal
|
BD 1.6
|
Leukosit
|
6,48
mg/dL
|
4-11
103uL
|
Normal
|
Segmen
|
79
%
|
51-67
%
|
Tinggi
|
|
Limfosit
|
13
%
|
20-35
%
|
Rendah
|
|
BD.1.10
|
Hemoglobin
|
9,9
g/dL
|
14
– 18 g/dL
|
Rendah
|
Eritrosit
|
3,69
106/uL
|
4,5-5,5
10 6/uL
|
Rendah
|
|
Hematrokit
|
30
vol%
|
42-52
vol%
|
Rendah
|
|
HIV Screening
|
reaktif
|
Non
reaktif
|
Positif
B20
|
Keterangan
:Darihasil pemeriksaan biokimia klien diketahui bahwa hemoglobin , eritrosit
dan hematrokit klien rendah yang menandakan terjadinya anemia, dikarenakan adanya
penyakit kronis yang diderita klien. Limfosit rendah dan segmen yang tinggi menunjukkan
adanya infeksi.
G.
TERAPI MEDIS DAN FUNGSI
Kode IDNT
|
Jenis Terapi Medis
|
FUNGSI
|
Interaksi dengan Makanan
|
FH 3.1
|
Kotrimoksazol
2 x 960
|
Digunakan
untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti bronkitis,
otitis media, dan infeksi saluran kemih, menangani dan mencegah pneumocystiscarinii pneumonia (PCP)
pada klien dengan daya tahan tubuh turun, seperti penderita HIV/AIDS.
|
Makanan
menghambat penyerapan obat, sehingga dikonsumsi 1 jam sebelum satau 2 jam
sesudah makan
|
Ranitidin
1 A
|
Digunakan
untuk menangani gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam
berlebih di dalam lambung.
|
Menurunkan
penyerapan vitamin B12 yang berikatan dengan protein (Helmyati., dkk, 2017)
|
|
Cefriaxon
1 gr
|
Antibiotik
untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri,
dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri dalam tubuh
|
Berinteraksi
dengan kalsium, yang dapat berdampak fatal, sehingga pemberiannya dalam
bentuk makanan diberi jarak waktu, untuk injeksi kalsium tidak diberikan
dalam waktu 48 jam setelah injeksi
cefriaxon
|
|
Infus
NS
16 tpm
|
Untuk
memenuhi kebutuhan cairan klien
|
Tidak
ada interaksi dengan makanan
|
|
NAC/Asetil
Sistein
3x1
|
Obat ini adalah agen mukolitik yang juga dikenal sebagai
N-acetylcysteine atau N-acetyl-L-cysteine (NAC), yang berfungsi mengencerkan dahak
pada penyakitsaluran pernafasan yang banyak lendir atau dahak.
Obat ini digunakan sebagai terapi pada kondisi paru-paru tertentu seperti
cystic fibrosis,
emfisema, bronchitis,pneumonia,
atau tuberkulosis.
|
Dapat
dikonsumsi sebelum atau bersamaan dengan makanan
|
|
Combivent
Per 8
jam
|
Obat yang berisi albuterol (salbutamol)
dan ipratropium bromide, digunakan sebagai terapi pada penyakit saluran napas
obstruksi atau sumbatan, seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) atau
pada asma
|
Dapat
dikonsumsi sebelum atau bersamaan dengan makanan, efek samping meningkatkan
asam lambung dan penurunan kadar kalium darah (Pakar Gizi Indonesia, 2019)
|
|
Terapi
Oksigen
|
Tindakan medis untuk menyalurkan oksigen ke dalam tubuh
melalui alat bantu sehingga kadar oksigen di dalam tubuh tercukupi.
|
Tidak
ada interaksi dengan makanan
|
Kesimpulan :obat yang dikonsumsi klien memiliki
fungsi mengobati infeksi bakteri, terutama bakteri tuberculosis. Selain itu
juga diberikan obat untuk menangani batuk dan sesak nafas klien
DIAGNOSIS
GIZI
NI – 1.2 Asupan energi tidak adekuat berkaitan
dengan peningkatan kebutuhan gizi akibat penyakit katabolic berkepanjangan
dibuktikan dengan asupan makan <80%, penurunan berat badan >10% satu
bulan terakhir dan IMT 17,9 (<18,5)
DIAGNOSIS GIZI
|
INTERVENSI
|
|
P
|
NI – 1.2 Asupan energi tidak adekuat
|
ND. 1.2.2
Modifikasi energi, energi ditingkatkan
ND. 1.2.3
Modifikasi protein, protein
Ditingkatkan
|
E
|
peningkatan kebutuhan gizi akibat
penyakit katabolic berkepanjangan
|
|
S
|
Asupan makan <80%, penurunan berat
badan >10% satu bulan terakhir dan IMT 17,9 (<18,5)
|
NC –1.1 Kesulitan menelan berkaitan dengan inflamasi
dibuktikan dengan batuk berkepanjangan dan nyeri kerongkongan saat menelan
DIAGNOSIS GIZI
|
INTERVENSI
|
|
P
|
NC – 1.1 Kesulitan menelan
|
ND. 1.2.1
Modifikasi tekstur makanan lunak
|
E
|
Inflamasi
|
|
S
|
Batuk
berkepanjangan dan nyeri kerongkongan saat menelan
|
NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan
dengan adanya penyakit infeksi ditandai dengan kadar haemoglobin rendah (9,9
gr/dl)
DIAGNOSIS GIZI
|
INTERVENSI
|
|
P
|
NC – 2.2 Perubahan Nilai Laboratorium
|
ND. 1.2.2
Modifikasi energi, energi ditingkatkan
ND. 1.2.3
Modifikasi protein, protein ditingkatkan
|
E
|
Penyakit infeksi
|
|
S
|
Kadar hemoglobin
rendah
|
INTERVENSI GIZI
A.
PLANNING
1. Tujuan
a.
Memenuhi
asupan zat gizi minimal 80% dari kebutuhan
b.
Mencegah
penurunan berat badan selama perawatan di Rumah Sakit
c.
Membantu
meningkatakan kadar hemoglobin mencapai normal
2. Prinsip/syarat
diet
a.
Energi
tinggi
b.
Protein
tinggi 2g/kg BB
c.
Lemak
sedang 25% total kebutuhan energi
d.
Karbohidrat
cukup
e.
Bentuk
makanan lunak
3. Perhitungan
kebutuhan/zat gizi
a.
Energi
(Harris Benedict)
BEE = 66 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 58,5) + (5 x 165) –
(6,8 x 38)
= 66 + 801,45 + 825 -258,4
= 1434,05 kcal
TEE = BEE x fa x fs
= 1434,05 x 1,2 x 1,4
= 2409,2 kcal
b.
Protein
Protein = 2 g/kg BBI
= 2 g/kg BB x 58,5 kg
= 117 g
c.
Lemak
Lemak = 25%
TEE
= 25% x 2409,2 kcal
= 602,3 kcal
= 66,92g
d.
Karbohidrat
Karbohidrat = TEE – protein – lemak
= 2409,2 – 468 – 602,3
= 1338,9kcal
= 334,73g
NP – 1.1 Preskripsi Diet
ND.1
Makanan Utama dan Selingan : Makan utama 3x sehari dengan 2 lauk hewani,
selingan 3x sehari
Modifikasi
Diet : ND. 1.2.2 Modifikasi energi, energi ditingkatkan
ND.
1.2.3 Modifikasi protein, protein ditingkatkan
Modifikasi
Zat Gizi : Energi : 2409,2 kcal
Protein :117
g
Lemak :66,92
g
Karbohidrat :334,73
g
Modifikasi
Bentuk :ND. 1.2.1 Modifikasi tekstur makanan lunak
Rute Pemberian : ND. 2.1.6 Oral
B.
IMPLEMENTASI
1. Kajian
Diet di Rumah Sakit
Diet Tinggi
Energi Tinggi Protein
Energi
|
Protein
|
Lemak
|
Karbohidrat
|
|
Standar
Diet RS
|
2242,6 kcal
|
113 g
|
59,4 g
|
281,8 g
|
Kebutuhan/planning
|
2409,2 kcal
|
117 g
|
66,92 g
|
334,73 g
|
%
standar kebutuhan
|
93,08%
|
96,58%
|
88,76%
|
84,19%
|
Kesimpulan
: secara perhitungan berdasarkan kebutuhan klien,
standar RS hampir memenuhi kebutuhan klien,
sehingga pada rekomendasi diet dilakukan modifikasi supaya dapat memenuhi
kebutuhan gizi klien.
2. Rekomendasi
Diet
Standar Diet RS
|
Rekomendasi
|
|
Makan Pagi
|
BBN 300 g
Lauk
hewani 50 g
Lauk TP
40 gr
Lauk
nabati 25 gr
Sayur 100
g
|
BBN 300 g
Lauk
hewani 50 g
Lauk TP
40 gr
Lauk
nabati 25 gr
Sayur 100
g
Teh manis
1 porsi
|
Selingan Pagi
|
Snack 1
porsi
|
Snack 1
porsi
|
Makan Siang
|
BBN 300 g
Lauk
hewani 50 g
Putel 40 gr
Lauk
nabati 25 gr
Sayur 100
g
Buah 100
g
|
BBN 300 g
Lauk
hewani 50 g
Lauk TP
40 gr
Lauk
nabati 25 gr
Sayur 100
g
Buah 100 g
|
Selingan Sore
|
Susu
peptisol 1 porsi
|
Neomune 1
porsi
Gula 10
gr
|
Makan Sore
|
BBN 300 g
Lauk
hewani 50 g
Lauk
nabati 25 gr
Sayur 100
g
Gula 20
gr
Teh manis
1 porsi
|
BBN 300 g
Lauk
hewani 50 g
Lauk
nabati 25 gr
Sayur 100
g
Gula 20
gr
|
Selingan Malam
|
Susu
peptisol 1 porsi
|
Neomune 1
porsi
Gula 10
gr
|
Energi :2305,2 kcal (93,08%)
Protein
: 117,1g (96,58%)
Lemak : 56,4
g (88,76%)
KH : 310,6 g (84,19%)
|
Energi : 2374 (98,5%)
Protein :
123,9 g (105,89%)
Lemak : 63,5 g (94,9%)
KH : 348 g (103,9%)
|
3. Rencana
Monitoring
Hal yang diukur
|
Pengukuran
|
Target
|
|
Antropometri
|
Berat
Badan
|
Akhir
intervensi
|
Tetap
|
Biokimia
|
CD4
|
Sesuai
pemeriksaan
|
Mendekati
normal
|
Fisik/klinis
|
Nafsu
makan, nyeri perut, Vital Sign
|
Setiap
hari
|
Normal
|
Asupan zat gizi
|
Asupan
energi, protein, kerbohidrat,dan lemak
|
Recall
24 jam, Comstock
|
Mencapai
minimal 80% kebutuhan
|
4. E
– 1 Edukasi Gizi
E – 1.1 Tujuan edukasi gizi
1. Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga tentang diet yang dijalankan
2. Meningkatkan asupan energi dan proteinuntuk
mencegah penurunan berat badan
3. Memperbaiki pola makan sehari-hari
E – 1.2 Prioritas Modifikasi
1. Peningkatan asupan energi dan protein
E – 1.4 Hubungan Diet dengan Penyakit
Diet
tinggi energy tinggi protein untuk mencegah penurunan berat badan klien, yang
merupakan faktor resiko tertinggi penyakit HIV, yang dapat memperburuk kondisi
tubuh dan kekebalan klien. selain itu juga menjelaskan klien untuk mengkonsumsi makanan yang matang dan bersih.
E – 1.5 Rekomendasi Modifikasi
1. Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat
sesuai kebutuhan yaitu:
·
Energi
: 2384,32 kcal
·
Protein
: 123,9 g
·
Lemak
: 66,92g
·
Karbohidrat
: 334,73g
2.Selingan 3x sehari, berupa makanan padat1x
dan neo-mune 2x sehari
RC
– 1 Kolaborasi dan Rujukan Asuhan Gizi
1.
Pemberian
suplemen Vitamin B6 1x1 rute oral, untuk meminimalisir efek obat tuberculosis
2.
Pemberian
infus NS 60 tpm/hari, untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan
Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tanggal
|
Diagnosis
Medis
|
Pengukuran
|
Monitoring
Diagnosis Gizi
|
Evaluasi
dan Tindak lanjut (Terapi Diet dan Konseling Gizi)
|
Perkembangan
obat dan terapi
|
|||
Antropometri
|
Biokimia
|
Fisik-klinis
|
Asupan
|
|||||
7/12/19
|
B20 diduga TB Paru
|
-
|
Pewarnaan BTA : Negatif
|
TD =
100/70 mmHg
Nadi =
75x/min
RR :
30x/min
Suhu :
37o C
Nafsu makan kurang Kerongkongan terasa sakit sehingga nyeri untuk menelan, nyeri perut |
Hasil
recall 24jam dan Comstock
Energi = 33,5%
Protein =34,9%
Lemak =43%
KH = 33,7%
|
NI – 1.2
Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan peningkatan kebutuhan gizi
akibat penyakit katabolic berkepanjangan dibuktikan dengan asupan makan
<80%, penurunan berat badan >10% satu bulan terakhir dan IMT 17,9
(<18,5)
NC – 1.1
Kesulitan menelan berkaitan dengan inflamasi dibuktikan dengan batuk berkepanjangan
dan nyeri kerongkongan saat menelan
NC-2.2
Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan adanya penyakit infeksi
ditandai dengan kadar haemoglobin rendah (9,9 gr/dl)
|
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Memberikan motivasi kepada klien untuk berusaha makan lebih banyak
dari sebelumnya
|
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 2x1
Ratan 2x1
Asetyl 3x1
Kotrimoksazol 2x960
Combi + polmi 3x1
|
8/12/19
|
B20 Diduga TB Paru
|
-
|
CD4 : 11 UI
|
TD =
110/70 mmHg
Nadi =
90x/min.
RR : 28
x/min
Suhu :
36,4o C
Nafsu
makan kurang
Kerongkongan
sakit sehingga nyeri untuk menelan, nyeri perut
|
Hasil
recall 24jam dan Comstock
Energi
= 42,4%
Protein
= 37,6%
Lemak
= 58,8%
KH
= 37,9%
|
Tidak ada perubahan diagnosis gizi
|
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Memberikan motivasi kepada klien untuk meningkatkan asupan makanan, dan kepada keluarga untuk
mendukung klien menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit.
|
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 2x1
Ratan 2x1
Asetyl 3x1
Kotrimoksazol 2x960
Combi + polmi 3x1
|
9/12/19
|
B20 dengan TB Paru
|
-
|
Pewarnaan BTA : Negatif
|
TD =
100/60 mmHg
Nadi =
70x/min.
RR :
25x/min
Suhu :
36,6o C
Nafsu makan kurang, namun sakit kerongkongan mulai berkurang, nyeri perut |
Hasil
recall 24jam dan Comstock
Energi
= 49,9%
Protein
= 50%
Lemak
= 60%
KH
= 37,9%
|
Tidak ada perubahan diagnosis gizi
|
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Klien mengatakan sakit kerongkongan sudah berkurang, sehingga untuk
hari ke empat intervensi diganti nasi tim
Memberikan motivasi kepada klien untuk menghabiskan makanan
|
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 2x1
Ratan 2x1
Asetyl 3x1
Kotrimoksazol 2x960
Combi + polmi 3x1
Ceftazolin 1x1
Deslavell 1x1
|
10/12/19
|
B20 dengan TB Paru, PPE
|
-
|
IG G
Anti Toxoplasma (+)
IG M
Anti Toxoplasma (-)
IG G
Anti CMV (+)
IG M
Anti CMV (-)
|
TD =
100/70 mmHg
Nadi =
75x/min
RR :
20x/min
Suhu :
36,4o C
Nafsu makan membaik, nyeri perut |
Hasil
recall 24jam dan Comstock
Energi = 66,2%
Protein =57,5%
Lemak =78%
KH = 58%
|
Tidak ada perubahan diagnosis gizi
|
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Nasi Tim)
Memberikan motivasi kepada klien untuk menghabiskan makanan
|
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 1 gr
Ranitidin 1A
Kotrimoksazol 2x960
NAC 3x1
|
11/12/19
|
B20 dengan TB Paru, PPE
|
-
|
-
|
TD =
110/70 mmHg
Nadi =
80x/min
RR :
20x/min
Suhu :
36,6o C
Nafsu makan membaik, nyeri perut |
Hasil
recall 24jam dan Comstock
Energi = 70,6%
Protein =66,6%
Lemak =75,3%
KH = 70,5%
|
Tidak ada perubahan diagnosis gizi
|
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Nasi Tim)
Memberikan motivasi kepada klien untuk menghabiskan makanan
|
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 1 gr
Ranitidin 1A
Kotrimoksazol 2x960
NAC 3x1
|
12/12/19
|
B20 dengan TB Paru, PPE
|
BB
: 49 kg
|
-
|
TD =
110/70 mmHg
Nadi =
80x/min
RR :
20x/min
Suhu :
36,6o C
Nafsu makan membaik, nyeri perut sudah tidak dirasakan |
Hasil
recall 24jam dan Comstock
Energi = 85,1%
Protein =89,5%
Lemak =82,2%
KH = 89,8%
|
Tidak ada perubahan diagnosis gizi
|
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Nasi Tim)
Tidak ada penurunan berat badan selama 6 hari intervensi
Memberikan motivasi kepada klien untuk meningkatkan asupan makanan, dan kepada keluarga untuk menerapkan
diet seperti yang diberikan di rumah sakit
|
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Kotrimoksazol 2x1
Flukonazol 1x150
Lasal Expect 3x5 cc
|
BAB II
PEMBAHASAN
Monitoring dan evaluasi yang
dilakukan pada tanggal 7 Desember 2019 – 20 Juli 2019.Aspek yang dimonitor dan
evaluasi meliputi antropometri, biokimia, fisik/klinis, dietary history dan
lain-lain.
A.
Antropometri
Selama monitoring dan evaluasi dilakukan,
antropometri hanya diukur saat awal intervensi dan akhir intervensi, yaitu pada
hari ke enam. Pada hari pertama pengambilan kasus yaitu tanggal 6 Desember
2019, tinggi badan yang didapat berasal dari hasil
pengukuranklien, yaitu 159 cm. Sedangkan untuk berat badan klien
dapat ditimbang yaitu 49 kg. IMT klien
pada hari pengambilan kasus (6 Desember 2019) adalah 17,9kg/m2, yang termasuk
kategori gizi kurang. Setelah dilakukan intervensi
selama 6 hari, berat badan klien ditimbang kembali, yang diperoleh berat badan
sebesar 49 kg.Dari hasil tersebut diketahui bahwa klien tidak mengalami
penurunan berat badan selama intervensi, yang sesuai dengan tujuan intervensi
diet.
B.
Biokimia
Monitoring dan evaluasi data
biokimia hanya bisa dilakukan saat ada pemeriksaan laboratorium.Selama
intervensi, klien hanya beberapa kali melakukan uji laboratorium. Pada tanggal
8 Desember 2019, diperoleh data laboratorium CD4 klien sebesar 11 IU, termasuk kategori
rendah dibandingkan jumlah CD4 yang normal berkisar 410– 1.590
sel/mL darah. Secara
klinis digunakan hitung jumlah limfosit cluster of differentiation (CD4)
sebagai indikator munculnya infeksi
oportunistik terhadap penderita AIDS. Penurunan CD4 disebabkan oleh kematian
CD4 yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus. Ketika jumlahnya berada
di bawah 350 sel/mL darah, kondisi tersebut sudah dianggap sebagai AIDS(Widiyanti, 2016).
Selain itu, pada tanggal 10
Desember 2019, klien melakukan uji Sero-imunologi Torch, yang diperoleh hasil IG G Anti Toxoplasma (+), IG M Anti Toxoplasma (-), IG
G Anti CMV (+), IG M Anti CMV (-).Pemeriksaan serologis ini
dapat mendeteksi IgM dan IgG AntiToxoplasma dalam serum (Susanto, 2002). Titer
IgM yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang sedang terinfeksi Toxoplasma gondii
sedangkan titer IgG yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi
Toxoplasma gondii (Soedarto, 2011). Hal
ini dikarenakan rendahya sistem imun klien, sehingga terjadi infeksi oportunistik.
Infeksi
oportunistik umumnya terjadi bila jumlah CD4<200
sel/mL (Widiyanti, 2016).
Untuk kadar hemoglobin klien hanya
dilakukan satu kali pemeriksaan tanggal 6 Desember 2019, pada saat klien masuk,
sehingga tidak dapat dilakukan pemantauan pada kadar hemoglobin klien selama
intervensi.
C.
Klinis/Fisik
Tidak seperti data biokimia, untuk
data klinis/fisik dapat dimonitoring setiap hari.Kesadaran klien dari awal
pengambilan kasus yaitu 6 desember 2019 hingga 12 Desember 2019
composmentis.Keadaan umum klien pada hari pengambilan kasus adalah
lemah.Keadaan umum klien mulai membaik pada tanggal 8 Desembetr 2019, namun
masih tirah baring dan masih mengalami batuk, sesak nafas dan nyeri saat
menelan.
Selain kesadaran, keadaan umum dan
nafsu makan, ada beberapa vital sign klien
yang terpantau, berikut adalah tabel vital
signklien :
Tabel 1. Data vital signTn J selama monitoring dan evaluasi
Tanggal
|
Hari
|
TD
|
Suhu
|
Nadi
|
RR
|
7/12/19
|
1
|
100/70 mmHg
|
37oC
|
75
x
|
30
x
|
8/12/19
|
2
|
110/70
mmHg
|
36,4oC
|
90 x
|
28 x
|
9/12/19
|
3
|
100/60 mmHg
|
36,6oC
|
70
x
|
25
x
|
10/12/19
|
4
|
100/70 mmHg
|
36,4oC
|
75
x
|
20
x
|
11/12/19
|
5
|
110/70 mmHg
|
36,6oC
|
80
x
|
20
x
|
12/12/19
|
6
|
110/70 mmHg
|
36,6oC
|
80
x
|
20
x
|
Tekanan darah klien stabil dan
normal <120 mmHg untuk tekanan darah sistol dan <80 mmHg untuk tekanan
darah diastole.Suhu tubuh klien selama 6 hari intervensi juga normal, begitu
pula dengan nadi.Untuk respirasi klien, pada awal pengambilan kasus sampai
pemantauan hari pertama masih tinggi, yang menandakan klien mengalami sesak
nafas.Tapi pada hari ke dua dan ketiga sudah turun, namun masih cukup
tinggi.Pemantauan selanjutnya klien sudah tidak sesak nafas, hasil dari terapi
obat.
Pada hari pertama dan kedua klien mengalami nyeri saat
menelan dikarenakan batuk yang
berkepanjangan dan nyeri perut.Hal ini juga menyebabkan nafsu makan klien
mengalamipenurunan. Pada hari ketiga intervensi, nyeri kerongkongan klien sudah
berkurang sehingga diet ditingkatkan konsistensinya menjadi nasi tim, namun
nafsu makan klien masih turun. Pada hari keempat, klien mengatakan nafsu makan
sudah membaik sehingga bisa mengkonsumsi makanan lebih banyak.
D.
Dietary History
Rencana dan implementasi diet yang
dilakukan sama, yaitu menggunakan standar diet RS TETP namun untuk pemberian
makanan selingan diganti dengan neo-mune. Pada hari pertama klien masuk RS, klien
mendapatkan Diet Bubur biasa. Setelah dilakukan assessment, klien diintervensi
dengan diet TETP lunak (bubur).Perhitungan kebutuhan energi selama hari mulai
kasus hingga saat intervensi sama, yaitu menggunakan Harris Benedict dengan
faktor aktivitas 1,2 dan faktor stress 1,4. .
Pada tanggal 7Desember 2019, klien
mendapatkan makanan diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klienhanya
sedikityaitu 33,7%. Hal ini karena klien mengeluh nafsu makan turun dan masih
sesak nafas serta batuk sehingga nyeri kerongkongan untuk menelan.Klien juga
hanya mengkonsumsi sedikit sayur karena tidak berselera.Untuk lauk hanya
sedikit yang dimakan, baik nabati maupun hewani. Ekstra susu yang diberikan
juga hanya diminum sedikit. Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam
satu hari pada tanggal 7Desember 2019:
Tabel 2. Asupan hari pertama Tn J dengan diet TETP
Energi (kkal)
|
Protein (gram)
|
Lemak
(gram)
|
Karbohidrat
(gram)
|
|
Asupan
oral
|
860,3
|
40.9
|
29
|
113,1
|
Kebutuhan
|
2409,2
|
117
|
66,9
|
334,7
|
%
asupan
|
33,5%
|
34,9%
|
43%
|
33,7%
|
Kategori
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Tabel
2 menjelaskan bahwa asupan energi, protein dan lemak dan karbohidrat klien
masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Kurangnya asupan makan klien
terdapat pada bubur, lauk hewani, nabati dan sayur. Karena klien mengalami nyeri
saat menelansehingga sekitar ¼ porsi saja pada bubur. Sedangkanlauk dan susu
yang dapat dikonsumsi hanya sedikit, begitu pula dengan sayur yang hampir tidak
dikonsumsi sama sekali.
Pada tanggal 8 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang
sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan,
asupan klien hanya sedikit yaitu 42,4%, namun sudah meningkat dari hari pertama.
Hal ini karena klien mengeluh nafsu makan masih turun dan dan masih nyeri
kerongkongan untuk menelan.Klien mengatakan untuk ekstra susu yang diberikansudah
berusaha diminum lebih banayk.Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam
satu hari pada tanggal 8 Desember 2019.
Tabel 3. Asupan hari keduaTn
J dengan diet TETP
Energi (kkal)
|
Protein (gram)
|
Lemak
(gram)
|
Karbohidrat
(gram)
|
|
Asupan
oral
|
1021,6
|
44
|
39,4
|
127
|
Kebutuhan
|
2409,2
|
117
|
66,9
|
334,7
|
%
asupan
|
42,4%
|
37,6%
|
58,8%
|
37,9%
|
Kategori
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Tabel
3 menjelaskan bahwa asupan energi, protein dan lemak dan karbohidrat klien
masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Namun asupan energi,
protein, dan lemak sudah mengalami peningkatan dibandingkan asupan pada hari
pertama.Untuk asupan karbohhidrat mengalami penurunan disbanding sebelumnya, Kurangnya
asupan makan klien terdapat pada bubur, lauk hewani, nabati dan sayur. Karena klien
mengalami nyeri saat menelan sehingga sekitar¼ porsi saja pada bubur yang
dikonsumsi. Sedangkan untuk lauk dan susu yang dapat dikonsumsi masih sedikit,
namun sudah meningkat disbanding hari sebelumnya, begitu pula dengan sayur.
Pada tanggal 9 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang
sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan,
asupan klien sudah setengah porsi yaitu 49,9% namun sudah meningkat dari hari kedua.
klien mengatakan bahwa nafsu makanmulai meningkatdan nyeri kerongkongan saat
menelan berkurang.Klien mengatakan untuk ekstra susu yang diberikan sudah
berusaha diminum lebih banyak.Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam
satu hari pada tanggal 9 Desember 2019.
Tabel 4. Asupan hari ketigaTn
J dengan diet TETP
Energi (kkal)
|
Protein (gram)
|
Lemak
(gram)
|
Karbohidrat
(gram)
|
|
Asupan
oral
|
1202,7
|
58,6
|
40,2
|
154,5
|
Kebutuhan
|
2409,2
|
117
|
66,9
|
334,7
|
%
asupan
|
49,9%
|
50%
|
60%
|
46%
|
Kategori
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Tabel
4 menjelaskan bahwa asupan energi, protein dan lemak dan karbohidrat klien
masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Namun asupan energi,
protein, dan lemak sudah mengalami peningkatan dibandingkan asupan pada hari kedua.Kurangnya
asupan makan klien terdapat pada bubur, lauk hewani, nabati dan sayur. Karena nyeri
kerongkongan klien saat menelan sudah berkurang,klien sudah dapat menghabiskan
sekitar½ porsi bubur, lauk dan susu yang dapat dikonsumsi, begitu pula dengan
sayur.
Pada tanggal 10 Desember 2019, klien
mendapatkan diet yang sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal,
namun untuk konsistensi makanannya dinaikkan menjadi nasi timkarena klien sudah
tidak nyeri kerongkongan. Berdasarkan pengamatan, asupan klien sudah lebih dari
setengah porsi yaitu 62,2%Klien mengatakan bahwa nafsu makan sudah membaik.
Ekstra susu yang diberikan juga hanya sisa sedikit.Berikut tabel pemenuhan
asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 10 Desember 2019.
Tabel 5. Asupan hari keempatTn
J dengan diet TETP
Energi (kkal)
|
Protein (gram)
|
Lemak
(gram)
|
Karbohidrat
(gram)
|
|
Asupan
oral
|
1499,6
|
67,3
|
52,2
|
195,7
|
Kebutuhan
|
2409,2
|
117
|
66,9
|
334,7
|
%
asupan
|
62,2%
|
57,5%
|
78%
|
58%
|
Kategori
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Tabel
5 menjelaskan bahwa asupan energi, protein, lemakdan karbohidrat klien masih
kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Karena klien mengatakan sudah
tidak nyeri kerongkongan,klien sudah dapat menghabiskan lebih dari ½ porsi
bubur.Lauk dan susu yang dapat dikonsumsi sudah meningkat disbanding sebelumnya,
begitu pula dengan sayur. Ekstra susu yang diberikan juga hanya tersisa
sedikit.
Pada tanggal 11 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang
sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan,
asupan klien sudah lebih dari setengah porsi yaitu 70,6%.Klien mengatakan bahwa
nafsu makan sudah membaik. Ekstra susu yang diberikan juga hanya sisa sedikit.Berikut
tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 11 Desember
2019.
Tabel 6. Asupan hari kelimaTn
J dengan diet TETP
Energi (kkal)
|
Protein (gram)
|
Lemak
(gram)
|
Karbohidrat
(gram)
|
|
Asupan
oral
|
1702,3
|
78,6
|
50,4
|
236,2
|
Kebutuhan
|
2409,2
|
117
|
66,9
|
334,7
|
%
asupan
|
70,6%
|
66,6%
|
75,3%
|
70,5%
|
Kategori
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Kurang
|
Tabel
6 menjelaskan bahwa asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat klien masih
kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan, namun sudah meningkat
dibandingkan hari sebelumnya.Klien mengatakan sudah tidak nyeri
kerongkongan,sehinggaklien sudah dapat menghabiskan bubur, lauk dan susu lebih
banyak dibandingkan hari keempat, begitu pula dengan sayur. Ekstra susu yang
diberikan juga hanya tersisa sedikit.
Pada tanggal 12 Desember 2019, klien mendapatkan
makanan diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klien sudah
meningkat yaitu 85,1%. Hal ini karena kondisi klien sudah membaik, nafsu makan
meningkat dan sudah tidak batuk maupun sesak nafas. Berikut tabel pemenuhan
asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 12 Desember 2019:
Tabel 7. Asupan hari keenamTn
J dengan diet TETP
Energi (kkal)
|
Protein (gram)
|
Lemak
(gram)
|
Karbohidrat
(gram)
|
|
Asupan
oral
|
2076
|
100,1
|
55,8
|
300,8
|
Kebutuhan
|
2409,2
|
117
|
66,9
|
334,7
|
%
asupan
|
85,1%
|
89,5%
|
82,2%
|
89,9%
|
Kategori
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
Baik
|
Tabel
7 menjelaskan bahwa asupan energi, lemak dan karbohidrat kliensudah mencapai
minimal kebutuhan sehari, yaitu 80%. Hal ini sudah sangat meningkat apabila
dibandingkan dengan hari sebelumnya.Karena klien mengatakan sudah tidak nyeri
kerongkongan,klien sudah dapat menghabiskan 80% bubur, begitu pula dengan
sayur. Untuk lauk klien sudah mengkonsumsi lebih banyak, hampir habis. Ekstra
susu yang diberikan juga hanya tersisa sedikit.
Selain membandingkan asupan makan klien
dengan kebutuhan sehari, bisa dilakukan pembandingan pula asupan makan klien selama
6 hari intervensi.Untuk mempermudah gambaran mengenai perbandingan makan klien
selama monitoring dan evaluasi, berikut grafik asupan makan klien.
Grafik 1. Perbandingan asupan klien selama enam hari intervensi
Grafik 1 menjelaskan bahwa asupan
makan Tn J selama 6 hari mengalami peningkatan. Asupan energi meningkat dari
hari pertama ke hari keenam yaitu dari 33,5% menjadi 85,1%, dimana berdasarkan
WNPG (2004), asupan makan termasuk kategori baik apabila asupan 80-110%
sehingga asupan energi klien dalam kategori baik. Asupan potein klien meningkat
dari hari pertama ke hari keenam yaitu dari 40,9% menjadi 89,5%, yang
berdasarkan WNPG (2004) asupan protein sudah baik. Asupan lemak klien juga
mengalami peningkatan yang semula pada hari pertama 43% menjadi 82,2% pada hari
keenam, yang berdasarkan WNPG (2004) asupan lemak sudah baik.Asupan karbohidrat
klienmengalami peningkatan dari 33,7% menjadi 89,8%, dimana berdasarkan WNPG
(2004) dikatakan baik apabila asupan 80-110% sehingga asupan karbohidrat klien termasuk
kategori baik.
E.
Terapi Edukasi / Konseling Gizi
Edukasi dan konseling gizi yang diberikan bertujuan
untuk mendukung terlaksananya terapi diet. Diet yang diberikan pada klien
adalah diet tinggi energy tinggi protein. Pada edukasi ini klien dan keluarga
(istri) dijelaskan untuk meningkatkan asupan makan, terutama energy dan
protein, dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat dan mencegah
penurunan berat badan. Hal ini karena penurunan berat badan klien merupakan
faktor resiko tertinggi penyakit HIV, yang dapat memperburuk kondisi tubuh dan
kekebalan klien. Diharapkan dengan diberikannya edukasi tersebut dapat membantu
klien untuk mengubah pola makan sehari-hari, sehingga kondisi klien dapat
terjaga. Informasi tentang cara pengolahan makanan yang dianjurkan bagi klien
juga disampaikan pada klien dan keluarga klien.
Klien juga diberikan informasi
bahan makanan apa saja yang dianjurkan untuk menambah asupan energi dan
protein.Berikut bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi sehari-hari
(Almatsier, 2010).
1. Sumber karbohidrat : nasi, roti, biskuit dan kue-kue,
me, macaroni, dodol, ubi dan karbohidrat sederhana seperti gula pasir
2. Sumber protein : daging ayam, sapi, ikan, telur, susu
dan hasil olahannya seperti keju dan yoghurt
3. Sumber lemak : minyak goreng, mentega, margarin,
santan encer
4. Sayuran dan buah-buahan : semua jenis sayur dan buah
5. Bumbu dan minuman :bumbu tidak tajam, untuk minuman
seperti madu, the, sirup dan kopi encer.
Pengolahan makanan bisa dengan cara
menggoreng, menumis atau memanggang agar dapat meninggikan citarasa makanan.
Penggunaan minyak dan santan kental serta bumbu yang tajam dibatasi, untuk
mencegah terjadinya batuk. kemudian juga mengedukasi klien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang dimasak, serta menjaga kebersihan makanan yang akan dikonsumsi. hal ini sebagai upaya pencegahan terjadinya infeksi dari makanan yang mentah maupun tidak bersihDengan memberikan klien dan keluarga terapi edukasi
diharapkan klien dapat memperoleh informasi dengan jelas dan dapat menaati diet
yang disarankan.
BAB III
SIMPULAN
Assesmen Awal
-
Diketahui
asupan makan klien satu bulan terakhir kurang dari kebutuhan, yaitu asupan
energi sehari 23% dari AKG, asupan protein sehari 33% dari AKG, asupan lemak
sehari 25% dari AKG,dan asupan protein sehari 21,9% dari AKG
-
Hasil
pemeriksaan vital sign klien dalam batas normal, namun klien mengeluhkan nyeri
perut serta mengalami batuk berkepanjangan, sehingga nafsu makan turun dan
mengalami nyeri kerongkongan untuk menelan
-
Diberikan
intervensi diet berupa Diet Tinggi Energi Tinggi Protein dalam bentuk lunak
dengan energi mempertimbangkan faktor aktivitas tirah baring dan faktor stress,
frekuensi makanan utama 3x sehari dan selingan 3x sehari
-
Tujuan
intervensi diet yaitu memenuhi asupan minimal 80% kebutuhan zat gizi, mencegah
penurunan berat badan selama menjalani perawatan di Rumah Sakit dan membantu
meningkatakan kadar hemoglobin mencapai normal
-
Akan
dilakukan monitoring asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat, perubahan
berat badan, hasil laboratorium serta vital sign.
Reassesmen Setelah Intervensi
-
Berdasarkan
hasil recall 24 jam dan Comstock, asupan makan klienselama enam hari yaitu energi,
protein, lemak dan karbohidrat klientidak adekuat pada hari pertama sampai hari
ketiga karena nafsu makan klien menurun akibat batuk dan sesak nafas, setelah
hari keempat nafsu makan klien mulai membaik, sehingga asupan makan klien
meningkat, hingga hari keenam asupan makan klien mencapai 85,1% dari kebutuhan
yang direncanakan
-
klien
tidak mengalami penurunan berat badan selama intervensi, untuk vital sign klien
selama intervensi dalam batas normal
-
Hasil
pemeriksaan laboratorium klien selama intervensi hanya dilakukan pada hari kedua dan keempat, diperoleh hasil
laboratorium CD4 termasuk kategori rendah. Sedangkan pada hari keempat
diperoleh hasil uji Sero-imunologi Torchyang menunjukkan
klien mengalami infeksi
oportunistik
-
Tindak
lanjut setelah kasus yaitu intervensi diet diubah menyesuaikan kondisi klien
yang sudah tidak sulit menelan dan diperbolehkan pulang, yaitu mengubah bentuk
makanan menjadi nasi biasa, serta meningkatkan kebutuhan energi dengan
meningkatkan faktor aktivitas
- Diberikan edukasi gizi pada klien mengenai
pola makan, pemilihan makanan, kebersihan makanan dan hubungan diet dengan penyakit pada klien.
DAFTAR
PUSTAKA
Academy
of Nutrition and Dietetics. 2013. Pocket
Guide for International Dietetics and Nutrition Terminology (IDNT) Reference
Manual Fourth Edition. Chicago :Academy of Nutrition and Dietetics
Afonso,
J.P.J.M., Tomimori, J., Michalany, NS., Nonogaki, S., Porro, A.M. 2012.
Pruritic papular eruption and eosinophilic folliculitis associated with human
immunodeficiency virus (HIV) infection: A histopathological and
immunohistochemical comparative study. Journal
of the American Academy of Dermatology. 2012; 67(2): 269–75
Almatsier,
Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru.Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama
Amerson,
E.H., Maurer, T.A. 2010.Dermatologic Manifestations of HIV in
Africa.International AIDS Society–USA Topics in HIV Medicine. 2010;18(1):1-7
Annam
V, Yelikar BR, Inamadar AC, Palit A. 2009. Histopathological study of pruritic
papular eruptions in HIV-infected patients in relationship with CD4, CD8
counts. Indian J Pathol Microbiol 2009;52 (3):321-4.
Cade
Fields-Gardner, Adriana Campa. 2010. Position of the American Dietetic
Association: Nutrition Intervention and Human Immunodeficiency Virus Infection,
Journal of the American Dietetic
Association. July 2010 : 1105-1119
Lowe,
S., Ferrand, R.A., Morris-Jones, R. 2010. Skin disease among human
immunodeficiency virus-infected adolescent in zimbabwe: a strong indicator of
underlying HIV infection. Pediatr Infec Dis J. 2010;4:346-51.
Pakar
Gizi Indonesia. 2019. Asuhan gizi Klinik.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Resneck,
J.S.Jr., Van Beek, M., Furmanski, L., Oyugi, J., LeBoit, P.E., Katabira, E.
2004. Etiology of pruritic papular eruption with HIV infection in Uganda.JAMA. 2004;292:2614-21.
Soedarto.
2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: CV. Agung Seto.
Widiyanti,
Mirna. 2016. Gambaran Subtipe HIV-1 dengan Kadar CD4, Stadium Klinis, dan
Infeksi Oportunistik Penderita HIV/AIDS. MKB,
Volume 48 No. 1, Maret 2016
Widyakarya
Nasional Pangan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Komentar
Posting Komentar