Catatan PKL Anak Gizi : PKL Asuhan Gizi Klinik di RSUP Dr Sardjito

Kembali lagi, mau menceritakan pengalaman selama PKL, kali ini PKL AGK 3 di RSUP Sardjito, Yogyakarta. Sebenarnya mau nulis tentang PKL PGM waktu di RS Banyumas dulu, tapi kok lebih seru PKL AGK di sardjito ya. Oke lanjut aja. Untuk PKL AGK 3 tentang Trauma, Alergi, dan Kritis, kami dibagi ke 2 rumah sakit, yaitu RSUP Sardjito dan RS Suradji Klaten selama 2 minggu. Kelompokku mendapatkan jadwal PKL di RSUP Sardjito tanggal 24 Oktober sampai 4 November 2017. Di Sardjito, jadwal kami sudah diatur rapi Baik waktu maupun tempat pengambilan kasus. Jadi untuk minggu pertama digunakan untuk mengambil kasus mendalam dan rawat jalan, sedangkan minggu kedua kasus harian, presentasi dan sebagian rawat jalan.


Hari pertama kami orientasi, mengenai tugas-tugas dan bangsal yang akan digunakan pada saat PKL. Setelah itu kami langsung diantarkan ke bangsal masing-masing. Untuk kasus mendalam selama 4 hari saya ditempatkan di ruang ICCU (Intensive Cardio Care Unit), bersama seorang teman. Jadi dihari pertama di perintahkan Ibu ahli gizi bangsal untuk melakukan NCP pasien di ruang ICCU, sebagai latihan supaya saat pengambilan kasus sudah biasa. Awalnya bingung dan deg-deg kan, kaget aja baru hari pertama sudah disuruh ke pasien. Ditambah lagi pasien di ICCU kebanyakan sedang tidur dan keluarga pasien menunggu diluar, sehingga bingung bagaimana mau mengambil data. Ternyata untuk mengambil data pasien dengan mencari atau memanggil keluarga pasien diluar jika pasien tidak bias ditanyai. Pertama malu juga manggil keluarga pasien ala sinetron, lama-lama udah menebalkan muka, hehe. Alhamdulillah hari pertama lancar sudah bisa asesmen dan membuat pengkajian gizi pasien, yeay.

Hari kedua, karena sudah dapat pasien hari sebelumnya (yang untuk latihan), sehingga tinggal melengkapi data. Tapi cukup kesulitan karena pasien terus tidur, sehingga hanya bisa menanyai keluarga. Jadi saya mendapatkan kasus pasien infark miokard yang sudah dipasang ring.  Saat siang akan ke pasien lagi, tiba-tiba pasien saya terkena serangan, saya yang mendengarkan pasien menjadi kasihan dan karena tidak sanggup saya memutuskan untuk keluar lebih dulu. Iseng saya bertanya pada ahli gizi bangsal, apakah akan lama tindakan untuk serangan seperti tadi, jawaban si ibu ya paling setengah jam, bisa hasilnya stabil atau bablas (meninggal). Dan saat saya ke ICCU lagi, pasiennya sudah meninggal, dan keluarga pasien yang saya tanyai sudah pada menangis. Innalillah, walaupun belum sempat bertatap muka dengan pasien, saya turut berduka cita. Akhirnya saya mencari kasus baru lagi, tapi belum ada pasien baru (dan gak boleh berdoa ada orang sakit jantung terus masuk ICCU lo ya). Mau pindah ke ruang stroke tapi tidak diperbolehkan sama pembimbing tercinta, Ibu Herni, ahli gizi senior di Sardjito. Hari kedua diakhiri dengan kegalauan karena belum dapat kasus.

Hari ketiga, setelah semalam berusaha tidak galau, akhirnya pagi dapat kasus baru, ada 4 pasien barusan masuk (Insya Allah aku gak berdoa ada orang sakit kok). Jadi sambil mengambil kasus sekaligus membuat pengkajian data yang wajib dikerjakan pada setiap pasien baru. Pasien ku yang ini juga infark miokard post pasang ring. Alhamdulillah asesmennya menyenangkan, pasien bisa ngobrol dan sangat welcome dengan saya, keluarga pasien juga penak ditanyain. Setelah lengkap asesmen ABCD, saatnya menyusun diagnosis dan intervensi, konsultasilah yang pertama ke Ibu pembimbing lapangan. Asik ngobrol, ibunya juga mencerahkan dan memberi banyak ilmu baru, walaupun disuruh menggali lebih dalam pola makannya untuk menemukan faktor resiko, biar mantap kata ibunya. Bu Herni berkata “soalnya kita kan ahli gizi, jadi kita harus fokus ke asupan makan dan nutrisi nya pasien, dari asesmen sampai intervensinya, kan di IDNT terbaru sudah ada. Untuk urusan medis biar dokter sama perawat yang ngurusin, kita fokus aja ke makanannya”, begitu. Akhirnya kembali kepasien bersama ibu pembimbing (karena ibu penasaran). Pas liat rekam medis, bu pembimbing bilang, ini pemberian KSR 3x1 masuk ke nutrition collaboration, soalnya kan IDNT ini harus ada kolaborasinya. Setelah mengkaji pola makan lagi, saya merecall asupan makan siang pasien sambil memotivasi untuk menghabiskan makanannya.

Selanjutnya, hari keempat sampai kelima tinggal monev sambil revisi dan diskusi dengan pembimbing. Ya banyak hal terjadi selama proses ini, apalagi kalua dosen pembimbingnya lagi gak mood, bikin gondok hueheh. Tapi gak masalah, latihan mental, karena dalam hidup gak semua orang bersikap seperti harapan kita (eak). Monevnya untuk asupan, kalau masih ada makanannya direcall sambil lihat sisa makanan, kalua gak ada hanya direcall aja. Recallnya harus spesifik, jadi kita sudah harus tau makanannya apa baru ditanyakan seberapa banyak yang dimakan pasien, supaya lebih valid. Alhamdulillah, asupan pasienku membaik, senang deh liat pasien makannya banyak. Mengobati kegondokan yang tadi-tadi hehe.

Hari sabtu, hari keenam PKL, sudah hari terakhir monev pasien. Harusnya cuma sampai jum’at, tapi karena saya sapat kasusnya telat, jadi sabtu pagi masih monev. Setelah monev, saya berikan sedikit edukasi gizi terkait pola makan dan hubungan maknan dengan penyakit pasien. Kenapa hanya sedikit? Karena pasien ini sebenarnya sudah sering mendapat konseling gizi, hanya saja belum siap merubah perilaku makannya. Saya mengedukasi pasien dengan leaflet diet rendah lemah dan Bahan makanan penukar, yang sudah saya masukkan perhitungan kebutuhan makanan pasien serta rekomendasinya. Pasien saya terlihat senang dan berterimakasih sudah saya hitungkan, lalu pasien saya juga akan berusaha merubah perilaku makannya, senangnya.

Selanjutnya jaga di unit hemodialisa, cuci darah pada pasien gagal ginjal. Pas jaga disana, barengan sama Rachel dan Virna (dari poltekes palangkaraya), jadi sempat khawatir gak dapet pasien, soalnya kita dijatah tiap orang asesmen dan edukasi 4 pasien, 2 pagi 2 sore. Alhamdulillah kami dapat semua, dan ada cerita lucu dan unik saat menghadapi pasien tersebut. Ada yang sudah hapal banget apa yang akan kita sampaikan, ada yang lemes banget jadi harus sering mengulang materinya, ada yang masih barusan HD jadi antusisa banget, bahkan ada yang sarkasme (sama temenku sih), karena sudah HD berbanyak kali dan sering dikonsultasi ahli gizi yang menguasai masalah perginjalan. Seru, bisa belajar asesmen dengan cepat lalu langsung edukasi dan diskusi singkat dengan pasien.

Hari senin lagi, saatnya pindah bangsal untuk kasus harian. Saya dapat di bangsal Dahlia 1 selama 2 hari, hari pertama untuk asesmen dan pengkajian gizi pasien, lalu monev sampai hari kedua. Disini didampingi ahli gizi yang baik banget, masih muda, jadi pas di D1 gak ada pasien baru, saya dipindah ke D4. Disana dapat kasus lumayan kompleks, DM, hipertensi, CKD dan ISK. Sambil mengerjakan kasus, seperti biasa tetap mengerjakan pengkajian gizi pasien baru, mulai dari asesmen, sampai edukasi dan minta tandatangan untuk PFE (patient and family education). Lumayan capek sih, bolak balik kepasien, edukasi dengan materi yang hamper sama, apalagi pas hari kedua pasien barunya banyak. Tapi senang, bisa kasih informasi kepasien, apalagi kalo keluarga taua pasiennya aktif tanya, jadi merasa berguna (hehe).

Hari rabu dan kamis saatnya presentasi, walau awalnya deg-degan takut dibantai sama pembimbing yang lain, alhamdulillah akhirnya lancar. Faktor utamanya karena saya dibimbing oleh ahli gizi senior dengan pedoman NCP yang baru, jadi pebimbing lain mau koreksi juga gak terlalu banyak, karena pedoman barunya belum semua memahami secara detail. Pembimbingku juga mantep banget, dibawain bukunya IDNT, untuk dasar setiap menjawab pertanyaan pembimbing lain dan juga saat mengomentari kasus temen-temen yang lain. Nah ini temen-temen yang lain banyak kena semprot, karena belum pake pedoman baru, tapi gak papa, kita jadi belajar banyak hal baru, yeay.

Hari jumat saatnya pindah bangsal lagi, kali ini dapatnya di bangsal Cempaka, C2. Disana lebih sibuk lagi, gak cuma edukasi dan PFE, tapi dari awal pasien baru kita kunjungi dan kita terangkan mengenai waktu makan di RS Sardjito, lalu menanyakan apakah makanannya dapat diterima atau mau diganti konsistensinya, dan lain-lain. Yah kebijakan ahli gizi pendamping masing-masing sih, soalnya temenku yang di C1 gak disuruh asesmen pasien. Syukurnya sabtu libur, jadi bebas tugas asesmen hueheh, capek juga bro. alhamdulillah kasus harian lancer, pasien makan dihabiskan, keluarga juga bisa diajak kerja sama. Ada cerita lucu sih, waktu itu asesmen pasien, namanya kayak nama laki-laki, pas kudatangi ternyata ibu-ibu, kan malu hehe, salahku sih cuma baca nama dan nomor ruang aja, gak baca bagian jenis kelamin.

Ya begitulah pengalaman selama PKL di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, setiap kejadian pasti ada suka, duka, hal lucu, menyebalkan, dan yang pasti ada hikmah dan pengalaman yang bisa kita ambil.  Hikmah yang paling terasa ya semakin bersyukur dengan segala kondisi, karena masih diberi kesehatan fisik dan mental, alhamdulillah. Pokoknya ambil positifnya, belajar dari kesalahan, lupakan hal tidak menyenangkan, dan terus maju! Semoga bermanfaat, semangat ber PKL ria bagi yang akan menjalankan, semua pasti berlalu kok ^_^

Komentar

Postingan Populer