Asuhan Gizi pada B20 dengan TB Paru (dengan format IDNT)

picture by www.uab.edu

ASESMEN KLIEN
A.   IDENTITAS KLIEN (CH)

1.    Data personal
Kode IDNT
Jenis Data
Data Personal
CH.1.1
Nama
Tn J
CH.1.1.1
Umur
38 tahun
CH.1.1.2
Jenis Kelamin
Laki-laki
CH.1.1.5
Suku/etnik
Jawa
CH.1.1.9
Peran dalam keluarga
Kepala rumah tangga

Diagnosis medis awal
B20 dengan Pneumocystic



2. Riwayat Penyakit
Kode IDNT
Jenis Data
Keterangan
CH.2.1
Keluhan utama
Demam hilang timbul, Sesak nafas hilang timbul, batuk, dibawa ke IGD RSPS rujukan dari RS Respira dengan B20 dan Bronkopneumonia, advice opname

Riwayat penyakit dahulu
Batuk selama 1 bulan

Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas hilang timbul, batuk, demam hilang timbul, nyeri perut
CH-2.2
Riwayat pengobatan
Dirawat di Respira dengan Bronkopneumonia

3.    Riwayat Klien yang Lain
Kode IDNT
Jenis Data
Keterangan
CH.2.1.5
Gastrointestinal
Penurunan nafsu makan,terdapat nyeri perut,tidak ada kesulitan mengunyah namun ada kesulitan menelan karena kerongkongan sakit akibat batuk berkepanjangan
CH.2.1.8
Imun
Tidak ada alergi makanan
CH.2.2.1
Perawatan
Penanganan sesak nafas dan batuk
CH.3.1.1
Riwayat sosial
Menengah ke bawah
CH.3.1.7
Agama
Islam
Kesimpulan :Klien mengalami penurunan nafsu makan, tidak ada kesulitan mengunyah namun ada kesulitan menelan karena kerongkongan sakit akibat batuk berkepanjangan. Klien tidak memiliki alergi makanan.

B.   SKRINING GIZI
NUTRITIONAL RISK SCREENING (NRS-2002)
1.     Skrining Awal
No
Kriteria
Jawaban
Ya
Tidak
1.
Apakah IMT < 20.5?
Ö

2.
Apakah klien kehilangan BB dalam 3 bulan terakhir?
Ö

3.
Apakah asupan makan klien menurun 1 minggu terakhir?
Ö

4.
Apakah klien dengan penyakit berat? (ICU)

Ö
Jika tidak untuk semua kriteria à skrining diulang 1 minggu kemudian
Jika ada 1 atau lebih kriteria dengan jawaban ya à dilakukan skrining lanjut

2.    Skrining Lanjut I
Risiko Gizi
Kriteria
Absen (Skor = 0)
Status gizi normal
Ringan (Skor = 1)
Kehilangan BB > 5% dalam 3 bulan atau asupan 50-75% dari kebutuhan
Sedang (Skor = 2)
Kehilangan BB > 5% dalam 2 bulan atau IMT 18.5-20.5 atau asupan 25-50% dari kebutuhan
Berat (Skor = 3)
Kehilangan BB > 5% dalam 1 bulan (>15% dalam 3 bulan) atau IMT < 18.5 atau asupan 0-25% dari kebutuhan

3.    Skrining Lanjut II
Risiko Gizi
Kriteria
Absen (Skor = 0)
Kebutuhan gizi normal
Ringan (Skor = 1)
Fraktur, klien kronik (sirosis hati, COPD, HD rutin, DM, kanker)
Sedang (Skor = 2)
Bedah mayor, stroke, pneumonia berat, kanker darah
Berat (Skor = 3)
Cedera kepala, transplantasi sumsum, klien ICU


Skrining lanjut I
Skrining lanjut II
Usia > 65 tahun
TOTAL SKOR
SKOR
3
2
0
5

RISIKO / TIDAK BERISIKO
Kesimpulan : Klien beresiko malnutrisi, sehingga membutuhkan rencana asuhan gizi
C.   BERKAITAN DENGAN RIWAYAT MAKAN (FH)
1.    SFFQ
Kode IDNT
Jenis Data
Keterangan
FH 2.1
Riwayat Diet Pola Makan Sebelum sakit

















Pola Makan Satu Bulan Terakhir (Setelah Sakit)
1.    Pola makan 3x sehari, selingan 1x sehari
2.    Makanan pokok nasi 3x sehari @ 2 centong (200 gr)
3.    Lauk hewani : ikan 3x seminggu @1 ekor/potong, ayam 4x seminggu @1 potong, telur 6x seminggu @1 butir, daging 2x sebulan @1 potong, pemasakan digoreng
4.    Lauk nabati : tahu 3x seminggu @ 1 potong, tempe 4x seminggu @1-2 potong, pemasakan digoreng
5.    Sayur : sayur kacang panjang/sop/bayam 1-2x sehari @2 centong sayur, pemasakan ditumis atau bening
6.    Buah : apel/pepaya/jeruk/pisang 1x sehari @1 potong/buah
7.    Minum : air putih kurang dari 8 gelas sehari, teh 1x sehari gula @ 1 sdm
8.    Selingan : jajanan pasar 3-4x seminggu @1 potong

1.    Pola makan 1-2x sehari karena nafsu makan menurun
2.    Makanan pokok : nasi 1-2x sehari @1 centong
3.    Lauk Hewani : ayam 2x seminggu @ 1 potong, telur 3x seminggu @ 1 butir, pemasakan digoreng
4.    Lauk Nabati : Tahu 2x seminggu @ 1 potong, tempe 3x seminggu @1 potong, pemasakan digoreng/dibacem
5.    Sayur : sayur kacang panjang/wortel/kobis/bayam 1x sehari @1 centong sayur, pemasakan ditumis,sop dan bening
6.    Buah : pisang/pepaya/jeruk 1x sehari @1 potong/buah
7.    Minum : air putih 10 gelas sehari teh 1x sehari gula @ 1 sdm
FH 2.1.2
Pengalaman Diet
Klien belum pernah menjalani diet tertentu
FH 2.1.3
Lingkungan makan
Klien makan bersama dengan istri
FH 4.1
Pengetahuan tentang makanan dan gizi
Klien maupun keluarga belum pernah mendapatkan konseling gizi

Kesimpulan :Kebiasaan makan klien sebelum sakit kurang baik, karena untuk sayur belum memenuhi kriteria gizi seimbang. Kebiasaan makan klien selama sakit menjadi tidak teratur dan hanya mengkonsumsi jenis makanan tertentu sehingga tidak memenuhi gizi seimbang dan tidak mencukupi kebutuhan gizinya.

Kebiasaan Asupan Zat Gizi Sehari-hari Berdasarkan SQFFQ (Satu Bulan terakhir setelah sakit)

Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Asupan
598,71 kcal
21,6 g
17,9 g
90,9 g
AKG
2550 kcal
65 g
70 g
415 g
% Asupan
23%
33%
25%
21,9%
Interpretasi
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang

Klasifikasi tingkat kecukupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat sebagai berikut (WNPG, 2004):
a.       Kurang      : <80% AKG
b.      Baik           : 80 – 110 % AKG
c.       Lebih         : >110% AKG
Kesimpulan : asupan makan selama 1 bulan terakhir masih tergolong kategori kurang, hal ini disebabkan karena nafsu makan menurun, batuk, sesak nafas, dan demam hilang timbul.

D.   ANTROPOMETRI (AD)
Kode IDNT
Jenis Data
Keterangan
AD.1.1.1
Tinggi Badan
165 cm
AD 1.1.2
Berat Badan
49 kg
AD 1.1.4
Perubahan Berat Badan
Turun 14 kg 3 bulan terakhir
AD.1.1.5
IMT
17,9 (Kurang)
IMT = BB/[TB(cm)]2 = 49/2,7225= 17,9 (Gizi Kurang)
BBI = 58,5 Kg
Kesimpulan   :
Berdasarkan pemeriksaan antropometri, status gizi klien berdasarkan IMT termasuk kategori kurang (WHO, 2004)

E.    FISIK/KLINIS (PD)
Kode IDNT
Data Fisik/Klinis
Hasil
PD.1.1.1
Penampilan Keseluruhan
Composmentis
PD.1.1.2
Bahasa Tubuh
Lemah
PD.1.1.6
Kepala dan mata
Normal
PD.1.1.9
Vital sign
Nadi (nilai normal: 60-100 x/menit)
Suhu ( nilai normal : 36-37 0C)
Respirasi (nilai normal : 20-30 x/menit)
Tekanan darah (nilai normal: 120/80 mmHg)

90 x (Normal)
36,6oC (Normal)
30x (Normal)
110/70 (Normal)
Pemeriksaan Penunjang :
1.    Foto Toraks AP
Kesan : tampak konsoldiasi inhomogen di paracardial dextra, air bronkhogram (+), Pneumonia dd TB, Besar cor dalam batas normal

Kesimpulan :berdasarkan pemeriksaan fisik/klinik diketahui bahwa klien dalam keadaan composmentis dengan kondisi tubuh lemah. Tanda-tanda vital menunjukkan tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi klien normal.

F.    BIOKIMIA (BD)

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 6 dan 7 Desember 2019
Kode IDNT
Data Biokimia
Hasil
Nilai Rujukan
Ket.


BD.1.2
Ureum
32 mg/dl
17-43 mg/dL
Tinggi
Kreatinin
0,93 mg/dL
0,90-1,30mg/dL
Normal
Natrium
131,6 mmol/l
137-145mmol/l
Rendah
Kalium
3,33 mmol/l
3,5-5,1mmol/l
Rendah
Klorida
97,9 mg/dL
98-107 mg/dL
Normal
BD.1.4
SGOT
69 U/L
≤37 U/L
Tinggi
SGPT
32 U/L
≤41 U/L
Normal
BD 1.5
GDS
120 mg/dL
80 – 200 mg/dL
Normal

BD 1.6
Leukosit
6,48 mg/dL
4-11 103uL
Normal
Segmen
79 %
51-67 %
Tinggi
Limfosit
13 %
20-35 %
Rendah

BD.1.10
Hemoglobin
9,9 g/dL
14 – 18 g/dL
Rendah
Eritrosit
3,69 106/uL
4,5-5,5 10 6/uL
Rendah
Hematrokit
30 vol%
42-52 vol%
Rendah

HIV Screening
reaktif
Non reaktif
Positif B20

Keterangan :Darihasil pemeriksaan biokimia klien diketahui bahwa hemoglobin , eritrosit dan hematrokit klien rendah yang menandakan terjadinya anemia, dikarenakan adanya penyakit kronis yang diderita klien. Limfosit rendah dan segmen yang tinggi menunjukkan adanya infeksi.
G.   TERAPI MEDIS DAN FUNGSI
Kode IDNT
Jenis Terapi Medis
FUNGSI
Interaksi dengan Makanan
FH 3.1
Kotrimoksazol
2 x 960
Digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti bronkitis, otitis media, dan infeksi saluran kemih, menangani dan mencegah pneumocystiscarinii  pneumonia (PCP) pada klien dengan daya tahan tubuh turun, seperti penderita HIV/AIDS.
Makanan menghambat penyerapan obat, sehingga dikonsumsi 1 jam sebelum satau 2 jam sesudah makan

Ranitidin
1 A
Digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung. 
Menurunkan penyerapan vitamin B12 yang berikatan dengan protein (Helmyati., dkk, 2017)

Cefriaxon
1 gr
Antibiotik untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri, dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri dalam tubuh
Berinteraksi dengan kalsium, yang dapat berdampak fatal, sehingga pemberiannya dalam bentuk makanan diberi jarak waktu, untuk injeksi kalsium tidak diberikan dalam waktu 48  jam setelah injeksi cefriaxon

Infus NS
16 tpm
Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
Tidak ada interaksi dengan makanan

NAC/Asetil Sistein
3x1
Obat ini adalah agen mukolitik yang juga dikenal sebagai N-acetylcysteine atau N-acetyl-L-cysteine (NAC), yang berfungsi mengencerkan dahak pada penyakitsaluran pernafasan yang banyak lendir atau dahak. Obat ini digunakan sebagai terapi pada kondisi paru-paru tertentu seperti cystic fibrosis, emfisema, bronchitis,pneumonia, atau tuberkulosis.
Dapat dikonsumsi sebelum atau bersamaan dengan makanan

Combivent
Per 8 jam
Obat yang berisi albuterol (salbutamol) dan ipratropium bromide, digunakan sebagai terapi pada penyakit saluran napas obstruksi atau sumbatan, seperti penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) atau pada asma
Dapat dikonsumsi sebelum atau bersamaan dengan makanan, efek samping meningkatkan asam lambung dan penurunan kadar kalium darah (Pakar Gizi Indonesia, 2019)

Terapi Oksigen
Tindakan medis untuk menyalurkan oksigen ke dalam tubuh melalui alat bantu sehingga kadar oksigen di dalam tubuh tercukupi.
Tidak ada interaksi dengan makanan

Kesimpulan :obat yang dikonsumsi klien memiliki fungsi mengobati infeksi bakteri, terutama bakteri tuberculosis. Selain itu juga diberikan obat untuk menangani batuk dan sesak nafas klien


DIAGNOSIS GIZI
NI – 1.2      Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan peningkatan kebutuhan gizi akibat penyakit katabolic berkepanjangan dibuktikan dengan asupan makan <80%, penurunan berat badan >10% satu bulan terakhir dan IMT 17,9 (<18,5)

DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI
P
NI – 1.2 Asupan energi tidak adekuat


ND. 1.2.2 Modifikasi energi, energi ditingkatkan
ND. 1.2.3 Modifikasi protein, protein
Ditingkatkan
E
peningkatan kebutuhan gizi akibat penyakit katabolic berkepanjangan
S
Asupan makan <80%, penurunan berat badan >10% satu bulan terakhir dan IMT 17,9 (<18,5)

NC –1.1     Kesulitan menelan berkaitan dengan inflamasi dibuktikan dengan batuk berkepanjangan dan nyeri kerongkongan saat menelan

DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI
P
NC – 1.1 Kesulitan menelan

ND. 1.2.1 Modifikasi tekstur makanan lunak
E
Inflamasi
S
Batuk berkepanjangan dan nyeri kerongkongan saat menelan

NC-2.2      Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan adanya penyakit infeksi ditandai dengan kadar haemoglobin rendah (9,9 gr/dl)

DIAGNOSIS GIZI
INTERVENSI
P
NC – 2.2 Perubahan Nilai Laboratorium
ND. 1.2.2 Modifikasi energi, energi ditingkatkan
ND. 1.2.3 Modifikasi protein, protein ditingkatkan
E
Penyakit infeksi
S
Kadar hemoglobin rendah



INTERVENSI GIZI
A.   PLANNING
1.    Tujuan
a.    Memenuhi asupan zat gizi minimal 80% dari kebutuhan
b.    Mencegah penurunan berat badan selama perawatan di Rumah Sakit
c.    Membantu meningkatakan kadar hemoglobin mencapai normal

2.    Prinsip/syarat diet
a.    Energi tinggi
b.    Protein tinggi 2g/kg BB
c.    Lemak sedang 25% total kebutuhan energi
d.    Karbohidrat cukup
e.    Bentuk makanan lunak

3.    Perhitungan kebutuhan/zat gizi
a.    Energi (Harris Benedict)
BEE     = 66 + (13,7 x BBI) + (5 x TB) – (6,8 x U)
            = 66 + (13,7 x 58,5) + (5 x 165) – (6,8 x 38)
            = 66 + 801,45 + 825 -258,4
            = 1434,05 kcal
TEE     = BEE x fa x fs
            = 1434,05 x 1,2 x 1,4
            = 2409,2 kcal
b.    Protein
Protein = 2 g/kg BBI
            = 2 g/kg BB x 58,5 kg
            = 117 g
c.    Lemak
Lemak = 25% TEE
            = 25% x 2409,2 kcal
            = 602,3 kcal
            = 66,92g
d.    Karbohidrat
Karbohidrat     = TEE – protein – lemak
                        = 2409,2 – 468 – 602,3
                        = 1338,9kcal
                        = 334,73g
NP – 1.1 Preskripsi Diet
ND.1 Makanan Utama dan Selingan : Makan utama 3x sehari dengan 2 lauk hewani, selingan 3x sehari
Modifikasi Diet : ND. 1.2.2 Modifikasi energi, energi ditingkatkan 
                           ND. 1.2.3 Modifikasi protein, protein ditingkatkan
Modifikasi Zat Gizi :   Energi : 2409,2 kcal
                                   Protein :117 g
                                   Lemak :66,92 g
                                   Karbohidrat :334,73 g
Modifikasi Bentuk :ND. 1.2.1 Modifikasi tekstur makanan lunak
Rute Pemberian : ND. 2.1.6 Oral
B.   IMPLEMENTASI
1.    Kajian Diet di Rumah Sakit
Diet Tinggi Energi Tinggi Protein

Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Standar Diet RS
2242,6 kcal
113 g
59,4 g
281,8 g
Kebutuhan/planning
2409,2 kcal
117 g
66,92 g
334,73 g
% standar kebutuhan
93,08%
96,58%
88,76%
84,19%
Kesimpulan :  secara perhitungan berdasarkan kebutuhan klien, standar RS hampir  memenuhi kebutuhan klien, sehingga pada rekomendasi diet dilakukan modifikasi supaya dapat memenuhi kebutuhan gizi klien.
2.    Rekomendasi Diet

Standar Diet RS
Rekomendasi
Makan Pagi
BBN 300 g
Lauk hewani 50 g
Lauk TP 40 gr
Lauk nabati 25 gr
Sayur 100 g
BBN 300 g
Lauk hewani 50 g
Lauk TP 40 gr
Lauk nabati 25 gr
Sayur 100 g
Teh manis 1 porsi
Selingan Pagi
Snack 1 porsi
Snack 1 porsi
Makan Siang
BBN 300 g
Lauk hewani 50 g
Putel  40 gr
Lauk nabati 25 gr
Sayur 100 g
Buah 100 g
BBN 300 g
Lauk hewani 50 g
Lauk TP 40 gr
Lauk nabati 25 gr
Sayur 100 g
Buah 100 g
Selingan Sore
Susu peptisol 1 porsi
Neomune 1 porsi
Gula 10 gr
Makan Sore
BBN 300 g
Lauk hewani 50 g
Lauk nabati 25 gr
Sayur 100 g
Gula 20 gr
Teh manis 1 porsi
BBN 300 g
Lauk hewani 50 g
Lauk nabati 25 gr
Sayur 100 g
Gula 20 gr
Selingan Malam
Susu peptisol 1 porsi
Neomune 1 porsi
Gula 10 gr

Energi  :2305,2 kcal (93,08%)
Protein :  117,1g (96,58%)
Lemak : 56,4 g (88,76%)
KH       : 310,6 g (84,19%)
Energi  : 2374 (98,5%)
Protein : 123,9 g (105,89%)
Lemak :  63,5 g (94,9%)
KH       :  348 g (103,9%)

3.    Rencana Monitoring

Hal yang diukur
Pengukuran
Target
Antropometri
Berat Badan
Akhir intervensi
Tetap
Biokimia
CD4

Sesuai pemeriksaan
Mendekati normal
Fisik/klinis
Nafsu makan, nyeri perut, Vital Sign
Setiap hari
Normal 
Asupan zat gizi
Asupan energi, protein, kerbohidrat,dan lemak
Recall 24 jam, Comstock
Mencapai minimal 80% kebutuhan

4.    E – 1 Edukasi Gizi
E – 1.1 Tujuan edukasi gizi
1.    Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga tentang diet yang dijalankan
2.    Meningkatkan asupan energi dan proteinuntuk mencegah penurunan berat badan
3.    Memperbaiki pola makan sehari-hari
E – 1.2 Prioritas Modifikasi
1.    Peningkatan asupan energi dan protein
E – 1.4 Hubungan Diet dengan Penyakit
Diet tinggi energy tinggi protein untuk mencegah penurunan berat badan klien, yang merupakan faktor resiko tertinggi penyakit HIV, yang dapat memperburuk kondisi tubuh dan kekebalan klien. selain itu juga menjelaskan klien untuk mengkonsumsi makanan yang matang dan bersih.
E – 1.5 Rekomendasi Modifikasi
1.    Asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat sesuai kebutuhan yaitu:
·         Energi : 2384,32 kcal
·         Protein : 123,9 g
·         Lemak : 66,92g
·         Karbohidrat : 334,73g
2.Selingan 3x sehari, berupa makanan padat1x dan neo-mune 2x sehari
RC – 1 Kolaborasi dan Rujukan Asuhan Gizi
1.    Pemberian suplemen Vitamin B6 1x1 rute oral, untuk meminimalisir efek obat tuberculosis
2.    Pemberian infus NS 60 tpm/hari, untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan


Monitoring, Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tanggal
Diagnosis Medis
Pengukuran
Monitoring Diagnosis Gizi
Evaluasi dan Tindak lanjut (Terapi Diet dan Konseling Gizi)
Perkembangan obat dan terapi
Antropometri
Biokimia
Fisik-klinis
Asupan
7/12/19
B20 diduga TB Paru
-
Pewarnaan BTA : Negatif
TD = 100/70 mmHg
Nadi = 75x/min
RR : 30x/min
Suhu : 37o C
Nafsu makan kurang Kerongkongan terasa sakit sehingga nyeri untuk menelan, nyeri perut

Hasil recall 24jam dan Comstock
Energi = 33,5%
Protein =34,9%
Lemak =43%
KH = 33,7%


NI – 1.2 Asupan energi tidak adekuat berkaitan dengan peningkatan kebutuhan gizi akibat penyakit katabolic berkepanjangan dibuktikan dengan asupan makan <80%, penurunan berat badan >10% satu bulan terakhir dan IMT 17,9 (<18,5)

NC – 1.1 Kesulitan menelan berkaitan dengan inflamasi dibuktikan dengan batuk berkepanjangan dan nyeri kerongkongan saat menelan

NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan adanya penyakit infeksi ditandai dengan kadar haemoglobin rendah (9,9 gr/dl)
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Memberikan motivasi kepada klien untuk berusaha makan lebih banyak dari sebelumnya 
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 2x1
Ratan 2x1
Asetyl 3x1
Kotrimoksazol 2x960
Combi + polmi 3x1

8/12/19
B20 Diduga TB Paru
-
CD4 : 11 UI
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 90x/min.
RR : 28 x/min
Suhu : 36,4o C
Nafsu makan kurang
Kerongkongan sakit sehingga nyeri untuk menelan, nyeri perut

Hasil recall 24jam dan Comstock

Energi = 42,4%
Protein = 37,6%
Lemak = 58,8%
KH = 37,9%


Tidak ada perubahan diagnosis gizi
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Memberikan motivasi kepada klien untuk meningkatkan asupan  makanan, dan kepada keluarga untuk mendukung klien menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit.
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 2x1
Ratan 2x1
Asetyl 3x1
Kotrimoksazol 2x960
Combi + polmi 3x1

9/12/19
B20 dengan TB Paru
-
Pewarnaan BTA : Negatif
TD = 100/60 mmHg
Nadi = 70x/min.
RR : 25x/min
Suhu : 36,6o C
Nafsu makan kurang, namun sakit kerongkongan mulai berkurang, nyeri perut
Hasil recall 24jam dan Comstock
Energi = 49,9%
Protein = 50%
Lemak = 60%
KH = 37,9%


Tidak ada perubahan diagnosis gizi
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Bubur Nasi)
Klien mengatakan sakit kerongkongan sudah berkurang, sehingga untuk hari ke empat intervensi diganti nasi tim
Memberikan motivasi kepada klien untuk menghabiskan makanan
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 2x1
Ratan 2x1
Asetyl 3x1
Kotrimoksazol 2x960
Combi + polmi 3x1
Ceftazolin 1x1
Deslavell 1x1
10/12/19
B20 dengan TB Paru, PPE
-
IG G Anti Toxoplasma (+)
IG M Anti Toxoplasma (-)
IG G Anti CMV (+)
IG M Anti CMV (-)
TD = 100/70 mmHg
Nadi = 75x/min
RR : 20x/min
Suhu : 36,4o C
Nafsu makan membaik, nyeri perut

Hasil recall 24jam dan Comstock
Energi = 66,2%
Protein =57,5%
Lemak =78%
KH = 58%


Tidak ada perubahan diagnosis gizi
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Nasi Tim)
Memberikan motivasi kepada klien untuk menghabiskan makanan
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 1 gr
Ranitidin 1A
Kotrimoksazol 2x960
NAC 3x1
11/12/19
B20 dengan TB Paru, PPE
-
-
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 80x/min
RR : 20x/min
Suhu : 36,6o C
Nafsu makan membaik, nyeri perut

Hasil recall 24jam dan Comstock
Energi = 70,6%
Protein =66,6%
Lemak =75,3%
KH = 70,5%


Tidak ada perubahan diagnosis gizi
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Nasi Tim)
Memberikan motivasi kepada klien untuk menghabiskan makanan
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Cefriaxon 1 gr
Ranitidin 1A
Kotrimoksazol 2x960
NAC 3x1
12/12/19
B20 dengan TB Paru, PPE
BB : 49 kg
-
TD = 110/70 mmHg
Nadi = 80x/min
RR : 20x/min
Suhu : 36,6o C
Nafsu makan membaik, nyeri perut sudah tidak dirasakan

Hasil recall 24jam dan Comstock
Energi = 85,1%
Protein =89,5%
Lemak =82,2%
KH = 89,8%


Tidak ada perubahan diagnosis gizi
Jenis Diet : TETP
Rute Pemberian : Oral
Bentuk Makanan : Lunak (Nasi Tim)
Tidak ada penurunan berat badan selama 6 hari intervensi
Memberikan motivasi kepada klien untuk meningkatkan asupan  makanan, dan kepada keluarga untuk menerapkan diet seperti yang diberikan di rumah sakit
OAT 4 FDC 1x3
B6 1x1
Kotrimoksazol 2x1
Flukonazol 1x150
Lasal Expect 3x5 cc





BAB II
PEMBAHASAN

Monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 7 Desember 2019 – 20 Juli 2019.Aspek yang dimonitor dan evaluasi meliputi antropometri, biokimia, fisik/klinis, dietary history dan lain-lain.
A.   Antropometri
Selama monitoring dan evaluasi dilakukan, antropometri hanya diukur saat awal intervensi dan akhir intervensi, yaitu pada hari ke enam. Pada hari pertama pengambilan kasus yaitu tanggal 6 Desember 2019, tinggi badan yang didapat berasal dari hasil pengukuranklien, yaitu 159 cm. Sedangkan untuk berat badan klien dapat ditimbang yaitu 49 kg.  IMT klien pada hari pengambilan kasus (6 Desember 2019) adalah 17,9kg/m2, yang termasuk kategori gizi kurang. Setelah dilakukan intervensi selama 6 hari, berat badan klien ditimbang kembali, yang diperoleh berat badan sebesar 49 kg.Dari hasil tersebut diketahui bahwa klien tidak mengalami penurunan berat badan selama intervensi, yang sesuai dengan tujuan intervensi diet.

B.   Biokimia
Monitoring dan evaluasi data biokimia hanya bisa dilakukan saat ada pemeriksaan laboratorium.Selama intervensi, klien hanya beberapa kali melakukan uji laboratorium. Pada tanggal 8 Desember 2019, diperoleh data laboratorium CD4 klien sebesar 11 IU, termasuk kategori rendah dibandingkan jumlah CD4 yang normal berkisar 410– 1.590 sel/mL darah. Secara klinis digunakan hitung jumlah limfosit cluster of differentiation (CD4) sebagai indikator munculnya infeksi oportunistik terhadap penderita AIDS. Penurunan CD4 disebabkan oleh kematian CD4 yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus. Ketika jumlahnya berada di bawah 350 sel/mL darah, kondisi tersebut sudah dianggap sebagai AIDS(Widiyanti, 2016).

Selain itu, pada tanggal 10 Desember 2019, klien melakukan uji Sero-imunologi Torch, yang diperoleh hasil IG G Anti Toxoplasma (+), IG M Anti Toxoplasma (-), IG G Anti CMV (+), IG M Anti CMV (-).Pemeriksaan serologis ini dapat mendeteksi IgM dan IgG AntiToxoplasma dalam serum (Susanto, 2002). Titer IgM yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang sedang terinfeksi Toxoplasma gondii sedangkan titer IgG yang tinggi menunjukkan bahwa seseorang pernah terinfeksi Toxoplasma gondii (Soedarto, 2011). Hal ini dikarenakan rendahya sistem imun klien, sehingga terjadi infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik umumnya terjadi bila jumlah CD4<200 sel/mL (Widiyanti, 2016).
Untuk kadar hemoglobin klien hanya dilakukan satu kali pemeriksaan tanggal 6 Desember 2019, pada saat klien masuk, sehingga tidak dapat dilakukan pemantauan pada kadar hemoglobin klien selama intervensi.


C.   Klinis/Fisik
Tidak seperti data biokimia, untuk data klinis/fisik dapat dimonitoring setiap hari.Kesadaran klien dari awal pengambilan kasus yaitu 6 desember 2019 hingga 12 Desember 2019 composmentis.Keadaan umum klien pada hari pengambilan kasus adalah lemah.Keadaan umum klien mulai membaik pada tanggal 8 Desembetr 2019, namun masih tirah baring dan masih mengalami batuk, sesak nafas dan nyeri saat menelan.
Selain kesadaran, keadaan umum dan nafsu makan, ada beberapa vital sign klien yang terpantau, berikut adalah tabel vital signklien :
Tabel 1. Data vital signTn J selama monitoring dan evaluasi
Tanggal
Hari
TD
Suhu
Nadi
RR
7/12/19
1
100/70 mmHg
37oC
75 x
30 x
8/12/19
2
110/70 mmHg
36,4oC
90 x
28 x
9/12/19
3
100/60 mmHg
36,6oC
70 x
25 x
10/12/19
4
100/70 mmHg
36,4oC
75 x
20 x
11/12/19
5
110/70 mmHg
36,6oC
80 x
20 x
12/12/19
6
110/70 mmHg
36,6oC
80 x
20 x

Tekanan darah klien stabil dan normal <120 mmHg untuk tekanan darah sistol dan <80 mmHg untuk tekanan darah diastole.Suhu tubuh klien selama 6 hari intervensi juga normal, begitu pula dengan nadi.Untuk respirasi klien, pada awal pengambilan kasus sampai pemantauan hari pertama masih tinggi, yang menandakan klien mengalami sesak nafas.Tapi pada hari ke dua dan ketiga sudah turun, namun masih cukup tinggi.Pemantauan selanjutnya klien sudah tidak sesak nafas, hasil dari terapi obat.

Pada hari pertama dan kedua klien mengalami nyeri saat menelan dikarenakan  batuk yang berkepanjangan dan nyeri perut.Hal ini juga menyebabkan nafsu makan klien mengalamipenurunan. Pada hari ketiga intervensi, nyeri kerongkongan klien sudah berkurang sehingga diet ditingkatkan konsistensinya menjadi nasi tim, namun nafsu makan klien masih turun. Pada hari keempat, klien mengatakan nafsu makan sudah membaik sehingga bisa mengkonsumsi makanan lebih banyak.

D.   Dietary History

Rencana dan implementasi diet yang dilakukan sama, yaitu menggunakan standar diet RS TETP namun untuk pemberian makanan selingan diganti dengan neo-mune. Pada hari pertama klien masuk RS, klien mendapatkan Diet Bubur biasa. Setelah dilakukan assessment, klien diintervensi dengan diet TETP lunak (bubur).Perhitungan kebutuhan energi selama hari mulai kasus hingga saat intervensi sama, yaitu menggunakan Harris Benedict dengan faktor aktivitas 1,2 dan faktor stress 1,4. .

Pada tanggal 7Desember 2019, klien mendapatkan makanan diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klienhanya sedikityaitu 33,7%. Hal ini karena klien mengeluh nafsu makan turun dan masih sesak nafas serta batuk sehingga nyeri kerongkongan untuk menelan.Klien juga hanya mengkonsumsi sedikit sayur karena tidak berselera.Untuk lauk hanya sedikit yang dimakan, baik nabati maupun hewani. Ekstra susu yang diberikan juga hanya diminum sedikit. Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 7Desember 2019:
Tabel 2. Asupan hari pertama Tn J dengan diet TETP

Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Asupan oral
860,3
40.9
29
113,1
Kebutuhan
2409,2
117
66,9
334,7
% asupan
33,5%
34,9%
43%
33,7%
Kategori
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang

Tabel 2 menjelaskan bahwa asupan energi, protein dan lemak dan karbohidrat klien masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Kurangnya asupan makan klien terdapat pada bubur, lauk hewani, nabati dan sayur. Karena klien mengalami nyeri saat menelansehingga sekitar ¼ porsi saja pada bubur. Sedangkanlauk dan susu yang dapat dikonsumsi hanya sedikit, begitu pula dengan sayur yang hampir tidak dikonsumsi sama sekali.

Pada tanggal 8 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klien hanya sedikit yaitu 42,4%, namun sudah meningkat dari hari pertama. Hal ini karena klien mengeluh nafsu makan masih turun dan dan masih nyeri kerongkongan untuk menelan.Klien mengatakan untuk ekstra susu yang diberikansudah berusaha diminum lebih banayk.Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 8 Desember 2019.
Tabel 3. Asupan hari keduaTn J dengan diet TETP

Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Asupan oral
1021,6
44
39,4
127
Kebutuhan
2409,2
117
66,9
334,7
% asupan
42,4%
37,6%
58,8%
37,9%
Kategori
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang

Tabel 3 menjelaskan bahwa asupan energi, protein dan lemak dan karbohidrat klien masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Namun asupan energi, protein, dan lemak sudah mengalami peningkatan dibandingkan asupan pada hari pertama.Untuk asupan karbohhidrat mengalami penurunan disbanding sebelumnya, Kurangnya asupan makan klien terdapat pada bubur, lauk hewani, nabati dan sayur. Karena klien mengalami nyeri saat menelan sehingga sekitar¼ porsi saja pada bubur yang dikonsumsi. Sedangkan untuk lauk dan susu yang dapat dikonsumsi masih sedikit, namun sudah meningkat disbanding hari sebelumnya, begitu pula dengan sayur.

Pada tanggal 9 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klien sudah setengah porsi yaitu 49,9% namun sudah meningkat dari hari kedua. klien mengatakan bahwa nafsu makanmulai meningkatdan nyeri kerongkongan saat menelan berkurang.Klien mengatakan untuk ekstra susu yang diberikan sudah berusaha diminum lebih banyak.Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 9 Desember 2019.
Tabel 4. Asupan hari ketigaTn J dengan diet TETP

Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Asupan oral
1202,7
58,6
40,2
154,5
Kebutuhan
2409,2
117
66,9
334,7
% asupan
49,9%
50%
60%
46%
Kategori
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang

Tabel 4 menjelaskan bahwa asupan energi, protein dan lemak dan karbohidrat klien masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Namun asupan energi, protein, dan lemak sudah mengalami peningkatan dibandingkan asupan pada hari kedua.Kurangnya asupan makan klien terdapat pada bubur, lauk hewani, nabati dan sayur. Karena nyeri kerongkongan klien saat menelan sudah berkurang,klien sudah dapat menghabiskan sekitar½ porsi bubur, lauk dan susu yang dapat dikonsumsi, begitu pula dengan sayur.

Pada tanggal 10 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal, namun untuk konsistensi makanannya dinaikkan menjadi nasi timkarena klien sudah tidak nyeri kerongkongan. Berdasarkan pengamatan, asupan klien sudah lebih dari setengah porsi yaitu 62,2%Klien mengatakan bahwa nafsu makan sudah membaik. Ekstra susu yang diberikan juga hanya sisa sedikit.Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 10 Desember 2019.

Tabel 5. Asupan hari keempatTn J dengan diet TETP

Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Asupan oral
1499,6
67,3
52,2
195,7
Kebutuhan
2409,2
117
66,9
334,7
% asupan
62,2%
57,5%
78%
58%
Kategori
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang

Tabel 5 menjelaskan bahwa asupan energi, protein, lemakdan karbohidrat klien masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan.Karena klien mengatakan sudah tidak nyeri kerongkongan,klien sudah dapat menghabiskan lebih dari ½ porsi bubur.Lauk dan susu yang dapat dikonsumsi sudah meningkat disbanding sebelumnya, begitu pula dengan sayur. Ekstra susu yang diberikan juga hanya tersisa sedikit.

Pada tanggal 11 Desember 2019, klien mendapatkan diet yang sama dengan hari pertama, yaitu diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klien sudah lebih dari setengah porsi yaitu 70,6%.Klien mengatakan bahwa nafsu makan sudah membaik. Ekstra susu yang diberikan juga hanya sisa sedikit.Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 11 Desember 2019.
Tabel 6. Asupan hari kelimaTn J dengan diet TETP

Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Asupan oral
1702,3
78,6
50,4
236,2
Kebutuhan
2409,2
117
66,9
334,7
% asupan
70,6%
66,6%
75,3%
70,5%
Kategori
Kurang
Kurang
Kurang
Kurang

Tabel 6 menjelaskan bahwa asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat klien masih kurang apabila dibandingkan dengan kebutuhan, namun sudah meningkat dibandingkan hari sebelumnya.Klien mengatakan sudah tidak nyeri kerongkongan,sehinggaklien sudah dapat menghabiskan bubur, lauk dan susu lebih banyak dibandingkan hari keempat, begitu pula dengan sayur. Ekstra susu yang diberikan juga hanya tersisa sedikit.
Pada tanggal 12 Desember 2019, klien mendapatkan makanan diet TETP 2300 kkal. Berdasarkan pengamatan, asupan klien sudah meningkat yaitu 85,1%. Hal ini karena kondisi klien sudah membaik, nafsu makan meningkat dan sudah tidak batuk maupun sesak nafas. Berikut tabel pemenuhan asupan makan klien dalam satu hari pada tanggal 12 Desember 2019:

Tabel 7. Asupan hari keenamTn J dengan diet TETP

Energi (kkal)
Protein (gram)
Lemak
(gram)
Karbohidrat
(gram)
Asupan oral
2076
100,1
55,8
300,8
Kebutuhan
2409,2
117
66,9
334,7
% asupan
85,1%
89,5%
82,2%
89,9%
Kategori
Baik
Baik
Baik
Baik

Tabel 7 menjelaskan bahwa asupan energi, lemak dan karbohidrat kliensudah mencapai minimal kebutuhan sehari, yaitu 80%. Hal ini sudah sangat meningkat apabila dibandingkan dengan hari sebelumnya.Karena klien mengatakan sudah tidak nyeri kerongkongan,klien sudah dapat menghabiskan 80% bubur, begitu pula dengan sayur. Untuk lauk klien sudah mengkonsumsi lebih banyak, hampir habis. Ekstra susu yang diberikan juga hanya tersisa sedikit.

Selain membandingkan asupan makan klien dengan kebutuhan sehari, bisa dilakukan pembandingan pula asupan makan klien selama 6 hari intervensi.Untuk mempermudah gambaran mengenai perbandingan makan klien selama monitoring dan evaluasi, berikut grafik asupan makan klien.
Grafik 1. Perbandingan asupan klien selama enam hari intervensi

Grafik 1 menjelaskan bahwa asupan makan Tn J selama 6 hari mengalami peningkatan. Asupan energi meningkat dari hari pertama ke hari keenam yaitu dari 33,5% menjadi 85,1%, dimana berdasarkan WNPG (2004), asupan makan termasuk kategori baik apabila asupan 80-110% sehingga asupan energi klien dalam kategori baik. Asupan potein klien meningkat dari hari pertama ke hari keenam yaitu dari 40,9% menjadi 89,5%, yang berdasarkan WNPG (2004) asupan protein sudah baik. Asupan lemak klien juga mengalami peningkatan yang semula pada hari pertama 43% menjadi 82,2% pada hari keenam, yang berdasarkan WNPG (2004) asupan lemak sudah baik.Asupan karbohidrat klienmengalami peningkatan dari 33,7% menjadi 89,8%, dimana berdasarkan WNPG (2004) dikatakan baik apabila asupan 80-110% sehingga asupan karbohidrat klien termasuk kategori baik.

E.    Terapi Edukasi / Konseling Gizi
Edukasi dan konseling gizi yang diberikan bertujuan untuk mendukung terlaksananya terapi diet. Diet yang diberikan pada klien adalah diet tinggi energy tinggi protein. Pada edukasi ini klien dan keluarga (istri) dijelaskan untuk meningkatkan asupan makan, terutama energy dan protein, dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat dan mencegah penurunan berat badan. Hal ini karena penurunan berat badan klien merupakan faktor resiko tertinggi penyakit HIV, yang dapat memperburuk kondisi tubuh dan kekebalan klien. Diharapkan dengan diberikannya edukasi tersebut dapat membantu klien untuk mengubah pola makan sehari-hari, sehingga kondisi klien dapat terjaga. Informasi tentang cara pengolahan makanan yang dianjurkan bagi klien juga disampaikan pada klien dan keluarga klien.
Klien juga diberikan informasi bahan makanan apa saja yang dianjurkan untuk menambah asupan energi dan protein.Berikut bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi sehari-hari (Almatsier, 2010).
1.    Sumber karbohidrat : nasi, roti, biskuit dan kue-kue, me, macaroni, dodol, ubi dan karbohidrat sederhana seperti gula pasir
2.    Sumber protein : daging ayam, sapi, ikan, telur, susu dan hasil olahannya seperti keju dan yoghurt
3.    Sumber lemak : minyak goreng, mentega, margarin, santan encer
4.    Sayuran dan buah-buahan : semua jenis sayur dan buah
5.    Bumbu dan minuman :bumbu tidak tajam, untuk minuman seperti madu, the, sirup dan kopi encer.
Pengolahan makanan bisa dengan cara menggoreng, menumis atau memanggang agar dapat meninggikan citarasa makanan. Penggunaan minyak dan santan kental serta bumbu yang tajam dibatasi, untuk mencegah terjadinya batuk. kemudian juga mengedukasi klien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan yang dimasak, serta menjaga kebersihan makanan yang akan dikonsumsi. hal ini sebagai upaya pencegahan terjadinya infeksi dari makanan yang mentah maupun tidak bersihDengan memberikan klien dan keluarga terapi edukasi diharapkan klien dapat memperoleh informasi dengan jelas dan dapat menaati diet yang disarankan.


BAB III
SIMPULAN
Assesmen Awal
-       Diketahui asupan makan klien satu bulan terakhir kurang dari kebutuhan, yaitu asupan energi sehari 23% dari AKG, asupan protein sehari 33% dari AKG, asupan lemak sehari 25% dari AKG,dan asupan protein sehari 21,9% dari AKG
-       Hasil pemeriksaan vital sign klien dalam batas normal, namun klien mengeluhkan nyeri perut serta mengalami batuk berkepanjangan, sehingga nafsu makan turun dan mengalami nyeri kerongkongan untuk menelan
-       Diberikan intervensi diet berupa Diet Tinggi Energi Tinggi Protein dalam bentuk lunak dengan energi mempertimbangkan faktor aktivitas tirah baring dan faktor stress, frekuensi makanan utama 3x sehari dan selingan 3x sehari
-       Tujuan intervensi diet yaitu memenuhi asupan minimal 80% kebutuhan zat gizi, mencegah penurunan berat badan selama menjalani perawatan di Rumah Sakit dan membantu meningkatakan kadar hemoglobin mencapai normal
-       Akan dilakukan monitoring asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat, perubahan berat badan, hasil laboratorium serta vital sign.
Reassesmen Setelah Intervensi
-       Berdasarkan hasil recall 24 jam dan Comstock, asupan makan klienselama enam hari yaitu energi, protein, lemak dan karbohidrat klientidak adekuat pada hari pertama sampai hari ketiga karena nafsu makan klien menurun akibat batuk dan sesak nafas, setelah hari keempat nafsu makan klien mulai membaik, sehingga asupan makan klien meningkat, hingga hari keenam asupan makan klien mencapai 85,1% dari kebutuhan yang direncanakan
-       klien tidak mengalami penurunan berat badan selama intervensi, untuk vital sign klien selama intervensi dalam batas normal
-       Hasil pemeriksaan laboratorium klien selama intervensi hanya dilakukan pada hari  kedua dan keempat, diperoleh hasil laboratorium CD4 termasuk kategori rendah. Sedangkan pada hari keempat diperoleh hasil uji Sero-imunologi Torchyang menunjukkan klien mengalami infeksi oportunistik
-       Tindak lanjut setelah kasus yaitu intervensi diet diubah menyesuaikan kondisi klien yang sudah tidak sulit menelan dan diperbolehkan pulang, yaitu mengubah bentuk makanan menjadi nasi biasa, serta meningkatkan kebutuhan energi dengan meningkatkan faktor aktivitas
-       Diberikan edukasi gizi pada klien mengenai pola makan, pemilihan makanan, kebersihan makanan dan hubungan diet dengan penyakit pada klien.


DAFTAR PUSTAKA
Academy of Nutrition and Dietetics. 2013. Pocket Guide for International Dietetics and Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual Fourth Edition. Chicago :Academy of Nutrition and Dietetics
Afonso, J.P.J.M., Tomimori, J., Michalany, NS., Nonogaki, S., Porro, A.M. 2012. Pruritic papular eruption and eosinophilic folliculitis associated with human immunodeficiency virus (HIV) infection: A histopathological and immunohistochemical comparative study. Journal of the American Academy of Dermatology. 2012; 67(2): 269–75
Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet Edisi Baru.Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Amerson, E.H., Maurer, T.A. 2010.Dermatologic Manifestations of HIV in Africa.International AIDS Society–USA Topics in HIV Medicine. 2010;18(1):1-7
Annam V, Yelikar BR, Inamadar AC, Palit A. 2009. Histopathological study of pruritic papular eruptions in HIV-infected patients in relationship with CD4, CD8 counts. Indian J Pathol Microbiol 2009;52 (3):321-4.
Cade Fields-Gardner, Adriana Campa. 2010. Position of the American Dietetic Association: Nutrition Intervention and Human Immunodeficiency Virus Infection, Journal of the American Dietetic Association. July 2010 : 1105-1119
Lowe, S., Ferrand, R.A., Morris-Jones, R. 2010. Skin disease among human immunodeficiency virus-infected adolescent in zimbabwe: a strong indicator of underlying HIV infection. Pediatr Infec Dis J. 2010;4:346-51.
Pakar Gizi Indonesia. 2019. Asuhan gizi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Resneck, J.S.Jr., Van Beek, M., Furmanski, L., Oyugi, J., LeBoit, P.E., Katabira, E. 2004. Etiology of pruritic papular eruption with HIV infection in Uganda.JAMA. 2004;292:2614-21.
Soedarto. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Jakarta: CV. Agung Seto.
Widiyanti, Mirna. 2016. Gambaran Subtipe HIV-1 dengan Kadar CD4, Stadium Klinis, dan Infeksi Oportunistik Penderita HIV/AIDS. MKB, Volume 48 No. 1, Maret 2016
Widyakarya Nasional Pangan Gizi (WNPG). 2004. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Komentar

Postingan Populer