Resensi Novel Ayah Mengapa Aku Berbeda

Kebahagiaan Untuk Ayahku

Judul Novel  :     Ayah, Mengapa Aku Berbeda?
Penulis          :     Agnes Davonar
Penerbit        :     Intibook Publisher, Jakarta, Cetakan I , Juli 2011
Tebal            :     320 halaman
Harga           :     Rp 39.000

               Kehidupan anak-anak cacat. Tidak semua orang mengetahui bagaimana kehidupan anak-anak yang dilahirkan berbeda dari anak-anak normal lainnya, sehingga sebagian dari mereka menghina anak-anak cacat tersebut. Tampaknya, penulis ingin menunjukan pada pembaca, bagaimana perjuangan hidup mereka serta pelajaran berharga yang dapat diperoleh dari kehidupan anak-anak berbeda seperti itu. Maka,tampaknya, tema inilah yang dipilih oleh Agnes Davonar untuk novelnya yang berjudul Ayah, Mengapa Aku Berbeda?.
              
Novel ini menceritakan, mengenai perjuangan hidup seorang gadis yang tunarungu. Ia mengalami banyak cobaan hidup, bahkan sejak ia dilahirkan di dunia ini. Ibunya meninggal sesaat setelah melahirkannya. Dan seperti halnya anak-anak cacat lainnya, gadis itu sering di jauhi oleh teman-teman sebayanya yang normal.
***
               Novel ini dibuka dengan pemaparan mengenai lahirnya Angel, seorang bayi yang lahir dalam keadaan premature. Awalnya, bayi itu terlihat normal, seperti anak-anak lainnya. tetapi, setelah Angel tumbuh cukup besar, akhirnya di ketahui bahwa ia adalah seorang tunarungu.
               Kemudian, saat Angel memasuki usia sekolah, Martin, ayahnya, memasukan Angel ke sekolah Luar Biasa. Di sana, Angel merasa nyaman, karena ia memiliki teman-teman yang sama, senasib seperti dirinya yang terlahir berbeda. Namun,pada suatu saaat, guru sekolah Angel menyarankan agar Angel di sekolahkan di sekolah biasa, karena kecerdasan Angel yang sebanding dengan anak-anak yang normal. Akhirnya, dengan sedikit perjuangan, Angel pun dapat pindah ke sekolah biasa, di mana anak-anak normal bersekolah.
               Setelah Angel masuk ke sekolah biasa, bertemu dengan teman-temannya yang normal, ia akhirnya menyadari bahwa ia berbeda. Seperti pada umumnya, banyak orang yang merasa terganggu atau tidak suka jika ada orang cacat di sekitarnya. Demikian pula yang di alami oleh Angel, saat ia mulai bergaul dengan orang-orang dan teman sebayanya yang normal.
               Angel sering dijauhi oleh teman-temannya di sekolah. Ia hanya memiliki satu teman, yang bisa dikatakan dekat dengannya,yaitu Hendra. Karena berteman dengan gadis cacat, Hendra pun sering dijauhi oleh teman-temannya. Sampai suatu saat, seorang teman sekelas Angel, Agnes, merasa cemburu dan dendam, karena Angel yang notabene seorang gadis cacat, lebih pintar darinya.
               Agnes, teman Angel tersebut sering menghina Angel dangan memanggilnya “Anak cacat”, “tuli” atau “gadis budek”. Tak jarang juga Agnes mengerjai Angel, seperti memasukan kecoa kedalam roti, bekal makanan Angel.  Namun Angel tetap sabar dan tidak pernah membalas perbuatan Agnes tersebut.
               Sampai suatu ketika, diketahui bahwa Angel bisa bermain piano dengan baik. Aneh memang, mengingat ia tidak bisa mendengar, namun bisa bermain piano yang hanya bisa dinikmati dengan cara di dengar. Iapun akhirnya dimasukkan ke dalam grup musik sekolah. Namun, Agnes yang juga anggota grup musik sekolah itu menolak kehadiran Angel, si gadis cacat. Namun, berkat guru pembimbing grup musik tersebut, Agnes tak bisa berbuat apa-apa dan terpakasa menerima Angel.
               Di sinilah perjuangan berat Angel di mulai. Walaupun menerima Angel masuk grup musik sekolah, Agnes tidak diam saja. Ia terus melakukan berbagai cara agar Angel keluar dari grup musik itu. Bahkan Agnes pernah menjepit tangan Angel dipintu sehingga untuk beberapa hari Angel tidak dapat bermain piano karena jari-jarinya infeksi. Di sisi lain, ayah Angel yang akhirnya diketahui memiliki penyakit jantung yang cukup parah, sangat senang mengetahui bahwa anaknya bisa bermain piano seperti ibunya, dan masuk ke grup musik sekolah.
               Hingga suatu saat Angel berhasil dikeluarkan dari grup musik sekolah. Tetapi demi membahagiakan ayahnya yang sedang sakit itu, Angel tetap berusaha agar ia bisa kembali bergabung dengan grup musik sekolah. Angel tetap sabar dan terus berusaha walaupun ia terus hidup dibawah tekanan dari Agnes.
               Tuhan memang adil. Walaupun Angel memiliki kekurangan, ia juga memiliki kelebihan. Ia dapat membuktikan pada semua orang, walaupun ia berbeda, tetapi ia tetap bisa mencapai keinginannya serta membahagiakan ayahnya.
***
               Novel ini sudah dikemas secara apik dan menarik, hanya saja ada beberapa kekurangan. Di novel ini di ceritakan bahwa Angel di bully oleh temannya, Agnes. Padahal, mereka masih sama-sama duduk di bangku sekolah dasar. Sepertinya kurang masuk akal jika anak kecil seumuran mereka yang seharusnya masih polos, bisa berpikiran dan berbuat kekerasan yang menyakiti temannya, hanya karena temannya tersebut cacat dan memiliki kelebihan di banding dirinya.

               Namun, lepas dari itu, novel yang menjadi best seller ini sangat bagus dibaca oleh semua kalangan, karena dapat menunjukan bagaimana kehidupan anak-anak cacat, yang tidak semua orang mengetahuinya. Selain itu novel ini mendidik kita yang sempurna fisik dan mental agar tidak mudah putus asa dan menyerah karena berbagai cobaan hidup, seperti Angel yang tetap berusaha dan bersemangat walaupun ia “berbeda”.

Komentar

Postingan Populer